HARSEM/SOKHIBUN NI’AM Alfiana mencanting lilin panas di kain yang akan dibatik |
DENGAN menggunakan sebatang pensil, Alifia siswi kelas V SDN Peleburan 03 Semarang, menorehkan beragam bentuk garis di permukaan secarik kain putih berukuran sekitar 30 x 30 cm. Tangan mungilnya terlihat cekatan. Tidak sampai berselang lama sebuah gambar bunga yang sedang mekar menghias bagian tengah kain tersebut. Sementara, pada bagian pojok-pojok sudut kain, ia percantik dengan pola bergambar bunga-bunga kecil yang dipadukan dengan aneka bentuk dedaunan.
Setelah itu, tangannya beralih memegang canting. Tanpa terlihat ragu ia celupkan canting ke dalam wajan mungil berisi lilin panas untuk selanjutnya ditorehkan pada garis-garis gambar pensil di kain. Namun kerena belum terbiasa, lilin yang ditorehkannya jadi merembas, garisnya jadi terlampau lebar. Lilin tersebut juga banyak menetes, sehingga merusak pola gambar yang sudah ia rancang.
Tangannya juga sempat terkena tetesan lilin panas. Namun demikian, ia tetap terlihat senang bisa merampungkan batik bergambar bunga yang dibuatnya. ”Ternyata membatik itu susah, tapi asyik,” ucap gadis yang akrab disapa Fia tersebut, saat mengikuti pelatihan membatik yang diselenggarakan Racana Diponegoro, di Joglo Pusat Kegiatan Mahasiswa Undip, Pleburan, kemarin (25/9).
Fia mengaku baru kali ini membatik. Baginya, pelatihan ini sangat berguna. Jika sebelumnya, ia hanya tahu hasilnya, yaitu kain batik, kini ia jadi tahu bagaimana proses pembuatan salah satu budaya warisan nenek moyang bangsa ini.
Ketua Panitia, Andri Prabani menerangkan, kegiatan ini memang dimaksudkan untuk mengenalkan proses membatik pada kalangan anak-anak, agar mereka ke depan semakin mencintai kreasi dan budaya warisa nenek moyang kita ini.
“Selama ini, anak-anak tahu warisan nenek moyang ini hanya dari hasil berupa kain batiknya saja. Maka dari itu, dalam kesempatan ini kami ingin lebih memperkenalkan bagaimana proses membuatnya. Harapan kami mereka akan semakin mencintai batik dan melestarikan,” jelas mahasiswa fakultas teknik tersebut.
Disebutkan Andri, ada 75 anak yang ikut pelatihan membatik ini. Yakni, dari SDN Pleburan 03 (20 anak), SDN Pleburan 04 (20), dan 35 lainnya peserta umum.
Kegiatan bertajuk Yang Muda, yang Berkreasi ini, tidak diramaikan pelatihan membatik saja. Pada waktu dan tempat yang sama juga digelar lomba dan pameran hasil kreasi anak bangsa dari barang bekas serta lomba fotografi.
Ada beberapa karya olahan sampah dari tiga peserta yang dipamerkan di acara tersebut, yaitu dari SMA Kesatrian 1 Semarang, SMKN 2 Semarang, dan Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) H Munadi Ungaran. “Tujuan kami dengan kegiatan ini adalah ingin mendorong upaya pelestarian alam melalui pengelolaan sampah yang baik, yaitu mengubahnya menjadi barang yang bernilai ekonomi,” tandasnya. (sokhibun ni’am)
Setelah itu, tangannya beralih memegang canting. Tanpa terlihat ragu ia celupkan canting ke dalam wajan mungil berisi lilin panas untuk selanjutnya ditorehkan pada garis-garis gambar pensil di kain. Namun kerena belum terbiasa, lilin yang ditorehkannya jadi merembas, garisnya jadi terlampau lebar. Lilin tersebut juga banyak menetes, sehingga merusak pola gambar yang sudah ia rancang.
Tangannya juga sempat terkena tetesan lilin panas. Namun demikian, ia tetap terlihat senang bisa merampungkan batik bergambar bunga yang dibuatnya. ”Ternyata membatik itu susah, tapi asyik,” ucap gadis yang akrab disapa Fia tersebut, saat mengikuti pelatihan membatik yang diselenggarakan Racana Diponegoro, di Joglo Pusat Kegiatan Mahasiswa Undip, Pleburan, kemarin (25/9).
Fia mengaku baru kali ini membatik. Baginya, pelatihan ini sangat berguna. Jika sebelumnya, ia hanya tahu hasilnya, yaitu kain batik, kini ia jadi tahu bagaimana proses pembuatan salah satu budaya warisan nenek moyang bangsa ini.
Ketua Panitia, Andri Prabani menerangkan, kegiatan ini memang dimaksudkan untuk mengenalkan proses membatik pada kalangan anak-anak, agar mereka ke depan semakin mencintai kreasi dan budaya warisa nenek moyang kita ini.
“Selama ini, anak-anak tahu warisan nenek moyang ini hanya dari hasil berupa kain batiknya saja. Maka dari itu, dalam kesempatan ini kami ingin lebih memperkenalkan bagaimana proses membuatnya. Harapan kami mereka akan semakin mencintai batik dan melestarikan,” jelas mahasiswa fakultas teknik tersebut.
Disebutkan Andri, ada 75 anak yang ikut pelatihan membatik ini. Yakni, dari SDN Pleburan 03 (20 anak), SDN Pleburan 04 (20), dan 35 lainnya peserta umum.
Kegiatan bertajuk Yang Muda, yang Berkreasi ini, tidak diramaikan pelatihan membatik saja. Pada waktu dan tempat yang sama juga digelar lomba dan pameran hasil kreasi anak bangsa dari barang bekas serta lomba fotografi.
Ada beberapa karya olahan sampah dari tiga peserta yang dipamerkan di acara tersebut, yaitu dari SMA Kesatrian 1 Semarang, SMKN 2 Semarang, dan Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) H Munadi Ungaran. “Tujuan kami dengan kegiatan ini adalah ingin mendorong upaya pelestarian alam melalui pengelolaan sampah yang baik, yaitu mengubahnya menjadi barang yang bernilai ekonomi,” tandasnya. (sokhibun ni’am)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.