Genangan air membuat siswa kesulitan beribadah di mushola sekolah |
BETAPA senangnya memiliki mushola sekolah. Meski mushola masih setengah jadi, namun sudah kerap digunakan untuk beribadah. Sayangnya, jika hujan turun meski Cuma sebentar, genangan air langsung memenuhi halaman sekolah, terutama dekat mushola. Akibatnya, siswa tidak bisa masuk ke mushola sekolah. Itulah yang terjadi di SDN Sawah Besar 02 Semarang.
Salah satu guru, Ponco Budi Winarsih mewakili Kepala Sekolah Kusmini mengatakan, mushola sekolah memang dibangun di atas tanah yang mudah tergenang air. “Jadi kalau habis turun hujan, pasti airnya memenuhi jalan masuk ke mushola. Akibatnya, mushola tidak bisa dimasuki,” jelasnya kepada Harsem saat ditemui di sela kegiatan mengajar, kemarin.
Dikatakan, hal ini diakibatkan pembangunan mushola yang belum selesai. “Saat itu mushola dibangun dengan memakai uang infak siswa, guru, serta orangtua siswa,” jelasnya.
Saat ini pembangunan terhenti karena belum ada dana untuk meneruskan pembangunan. “Sebetulnya kami ingin meminta bantuan ke Dinas Pendidikan Kota Semarang, tapi tahun ini prioritasnya untuk pembangunan perpustakaan,” terangnya.
Untuk itu, pihaknya berharap ada pihak yang mau memberikan bantuan untuk pembangunan mushola. “Karena keberadaan mushola ini sangat penting bagi siswa. Bahkan saking senangnya ada mushola meski baru setengah jadi, para siswa sudah sering menghabiskan waktu untuk bercengkrama maupun sholat di mushola sekolah ini” paparnya
Saat ini, air tidak sampai membanjiri halaman sekolah. “Karena ruang kelas dan guru sudah ditinggikan sekitar 160 cm, jadi air tidak masuk kelas,” jelasnya.
Tahun lalu sekolah kebanjiran. Saking parahnya, tahun lalu KBM di SDN Sawah Besar 02 sampai diungsikan ke SDN Sawah Besar 01. “Semoga tahun ini dan selanjutnya tidak terulang kejadian itu,” terangnya.
Dia menjelaskan, sebagai upaya untuk pencegahan penyakit yang disebabkan oleh musim penghujan, sekolah juga sudah melakukan sosialisasi kepada siswa. “Sosialisasi penyakit demam berdarah sudah kami lakukan. Pemeriksaan jentik nyamuk di sekitar sekolah juga sudah kami lakukan,” kata dia.
Namun demikian, hal itu tidak terlalu membantu. Penyebabnya, letak sekolah yang berdekatan dengan tambak. “Belakang sekolah tambak, jadi kalau sampai ada kasus DB, itu bukan dari sekolah tapi dari lingkungan,” urainya.
Untuk itu, pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada orangtua siswa.”Orangtua siswa harus kami beritahu tentang bahaya DB. Mereka diminta menjaga lingkungan rumah supaya terbebas dari jentik nyamuk,” tandasnya. (nji)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.