Home » , , » Di Ebiko International KT Olimpiade 2012 Pelajar SMAN 3 Raih Medali Perak

Di Ebiko International KT Olimpiade 2012 Pelajar SMAN 3 Raih Medali Perak

Written By Sena on Kamis, 24 Mei 2012 | 15.00


BANGGA: Wakil Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi (kiri) ketika menemui dua pelajar SMAN 3 yang berhasil menjadi runner-up Ebico International KT Olimpiade 2012 di Turki, didampingi Kepala SMA 3 Semarang Hari Waluyo. (harsem/jbsm/lanang wibisono)


SEMARANG- Dua pelajar SMAN 3 Semarang, Imam Prasetyo (17) dan Zanuar Galang (17) sukses  meraih medali perak di ajang Ebiko Internasional KT Olimpiade di Turki 2012.

Prestasi pelajar SMAN 3 Semarang, Imam Prasetyo (17) dan Zanuar Galang (17) yang  meraih medali perak di ajang Ebiko Internasional KT Olimpiade di Turki 2012 tak hanya membanggakan bagi sekolah, tapi juga bangsa Indonesia. Prestasi di bidang teknologi informasi komunikasi (TIK) itu menjadi bukti, bahwa pelajar Indonesia, khususnya pelajar Kota Semarang masih bisa bersaing di tingkat internasional. 

Kebanggaan sangat terlihat ketika kedua pelajar kelas XI jurusan Olimpiade dan IPA itu sampai di Semarang (21/5). Atas prestasinya, dua remaja berkacamata itu mendapat apresiasi dari Wakil Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. Keduanya diharapkan dapat menjadi pelopor bagi teman-temannya, untuk bisa berprestasi lebih baik lagi.

Prestasi yang diukir siswa SMAN 3 Semarang ini memang tak diraih dengan cara instan. Berawal dari rasa ingin tahu terkait pengelolaan administrasi sekolah, dua remaja ini memutuskan untuk mencoba membuat projek pribadi.

"Dari hasil observasi, kami berniat membuat projek mengenai sistem administrasi sekolah secara terpadu. Melalui web hosting dan SMS gateway, orangtua bisa memantau perkembangan putra-putrinya di sekolah, mulai nilai ulangan, rapor, atau pembayaran SPP," ujar Imam ketika ditemui di Balai Kota Semarang, kemarin.

Atas dukungan sekolah, projek tersebut kemudian diikutkan dalam Indonesia Science Project Olympiad (ISPO) yang digelar Februari 2012. Saat itu keduanya sempat nyaris gagal mengikuti ISPO, karena terkendala waktu yang terlalu singkat.

"Kami dikejar target, karena ide baru muncul Desember 2011 sementara ISPO dilaksanakan Februari 2012. Mau tidak mau kami harus bekerja ekstra keras mengerjakannya," terang Imam yang berasal dari Salatiga.

Sistem Terpadu

Sedangkan Galang mengakui, tingkat kesulitan dalam realisasi ide adalah membuat desain sistem secara terpadu. "Pembuatan desain memakan waktu 1,5 bulan. Kami mengerjakannya usai pulang sekolah. Kebetulan kami memang satu kos," kata siswa yang menghuni kos di kawasan Imam Bonjol tersebut.

Pada pelaksanaan ISPO, diikuti ratusan peserta dari berbagai kota di Indonesia. Dari total jumlah peserta, disaring menjadi 25 tim yang berhak lolos ke Jakarta, 22-24 Februari.

"Saat akan berangkat ke Jakarta, kami sempat ketinggalan kereta. Terpaksa beli tiket lagi untuk jadwal selanjutnya. Beruntung sampai Jakarta masih bisa mengikuti perlombaan," terang Galang, remaja yang lahir di Jepara.

Di Jakarta, tepatnya di ballroom UI, para peserta diminta untuk menggelar pameran. Juri melakukan penilaian secara diam-diam dengan menyamar sebagai pengunjung pameran. "Banyak pengunjung yang menanyakan fungsi dan keunggulan projek kami. Dari situ kami berhasil keluar sebagai juara dan mendapat medali emas," ceritanya.

Atas prestasi tingkat nasional tersebut, kedua siswa berprestasi ini berhak mewakili Indonesia dalam ajang Ebiko Internasional KT Olimpiade di Turki, 12-14 Mei. Di sana keduanya harus bersaing dengan peserta perwakilan dari 20 negara. 

Ada kejadian lucu saat tiba di Bandara Esenboga Turki. Imam dan Galang sempat tertangkap petugas bandara karena disangka sebagai imigran gelap. Meski sudah menunjukan paspor resmi, namun petugas tetap tidak percaya. Pelajar malang itu sempat dibawa ke sebuah ruang dan diinterogasi selama 1,5 jam. Setelah dijelaskan secara detail, petugas pun akhirnya melepaskan.

"Paspor kami dianggap palsu. Dalam paspor menyebutkan kami orang Indonesia, tapi mereka tidak percaya dan mengira kalau kami orang Cina," ujar Galang. 

Permasalahan kembali muncul saat dilaksanakannya penilaian. Saat itu, setiap peserta diberi waktu 10-15 menit untuk mempresentasikan hasil karya. Karena panitia dan pengunjung kebanyakan penduduk lokal, maka presentasi dengan menggunakan bahasa Inggris harus diterjemahkan ke bahasa Turki.

" Itu sedikit menyulitkan kami untuk mempresentasikan karya dengan bahasa yang harus diterjemahkan ulang," kata Imam. Projek tim dari Indonesia rupanya menarik perhatian juri. Hingga akhirnya dinobatkan sebagai runner-up dan mendapat medali perak. 

Sementara juara I diraih tim tuan rumah, dengan projek jejaring sosial yang digunakan untuk kegiatan sosial. Imam dan Galang berharap hasil ciptaannya itu dapat diterapkan di sekolah-sekolah, termasuk SMAN 3.

"Saat ini kita masih dalam proses pematenan hak cipta. Setelah itu harapan kami program tersebut dapat diaplikasikan di setiap sekolah," tandasnya. (Lanang Wibisono, Anggun Puspita/JBSM/15)








Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger