Mutiarani (HARSEM/ARIS WASITA WIDIASTUTI) |
SEMARANG-Siapa sangka, anak seorang pekerja serabutan bisa menjadi lulusan terbaik untuk Ujian Nasional (UN) SMK tingkat nasional. Dialah Mutiarani, siswa SMKN 2 Semarang ini mengaku tidak menyangka bisa menjadi peringkat satu. “Padahal persiapan saya saat menghadapi UN sama dengan teman-teman yang lain," jelasnya.
Dia juga bukan dari keluarga kaya yang setiap saat bisa memfasilitasi untuk meningkatkan pembelajaran. Anak dari pasangan Juwarto (alm) dan Sutarmi (55) itu mengungkapkan sebenarnya berkeinginan melanjutkan ke perguruan tinggi untuk memperdalam akuntansi. Namun, belum berpikir sejauh itu karena himpitan kondisi ekonomi keluarganya.
Namun bukan berarti usaha yang dia lakukan untuk meraih cita-citanya tidak ada. Diakuinya, dirinya sudah mendaftar beasiswa Bidik Misi di Unnes. "Mudah-mudahan lolos,” jelasnya.
Namun kalaupun tidak lolos, dirinya ingin bekerja terlebih dahulu. "Karena saya harus membantu ekonomi keluarga," jelasnya.
Saat ini, Mutiarani yang tinggal di Pudakpayung Setuk RT 6/RW 4 Semarang itu mengaku kedua kakaknya sudah bekerja di pabrik garmen dan bengkel, sementara ibunya bekerja serabutan membantu menjaga dan merawat rumah tetangga. "Jadi saya ingin membantu mereka," tambahnya.
Kepala SMKN 2 Semarang, Supriyanto mengatakan, Mutiarani termasuk siswa berprestasi di sekolah meski tidak pernah menempati peringkat pertama kelas. "Namun, peringkat tiga besar kerap diraihnya setiap semester," ujarnya.
Untuk nilai yang diperoleh Mutiarani hingga akhirnya bisa menduduki peringkat 1 nasional, di antaranya matematika mendapat 10, bahasa Indonesia dengan nilai 9,8, dan bahasa Inggris mendapat 9,8.
"Untuk itu dia berhasil memperoleh nilai 29,6. Itu nilai murni UN, belum ditambahkan nilai dari sekolah. Untuk itu kami sangat bangga dengan prestasi ini," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Bunyamin dalam kesempatan sama mengaku bangga dengan prestasi yang diraih siswa kelas 3 jurusan akuntansi SMKN 2 Semarang itu menempati peringkat pertama UN.
"Dia berasal dari keluarga kurang mampu. Penghasilan ibunya saja hanya Rp 600 ribu/bulan, itu pun tidak tentu. Oleh karena itu, kami akan kawal terus hingga mendapatkan beasiswa ke perguruan tinggi," tegasnya.
Berdasarkan data peringkat siswa SMK 15 besar UN se-Indonesia dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ada tiga siswa SMK di Jateng yang menempati 10 besar, bahkan salah satunya, Mutiarani menempati peringkat pertama.
Peringkat kedua UN SMK secara nasional diraih siswa SMK Mitra Batik Tasikmalaya, disusul SMKN 1 Katapang, Jawa Barat. Dua siswa lain dari Jateng, yakni dari SMK Negeri 1 Purwodadi Grobogan menduduki peringkat tujuh dan delapan. (awi/16)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.