Budaya Daerah Harus Masuk Kurikulum

HARSEM/DOK
Sejumlah siswa tengah memainkan kesenian tradisional

PEMERINTAH berharap sekolah turut berperan aktif dalam melestarikan kesenian daerah. Salah satunya dengan memberikan pelajaran kesenian dalam muatan lokal maupun ekstrakulikuler.


Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti mengatakan, Indonesia memiliki beragam kesenian. Di antaranya musik, tari, dan seni rupa. Namun, justru negara lain yang menghargai kebudayaan asli Indonesia.

"Oleh karena itu, pelestarian seni dan budaya itu harus dilakukan dan harus dimasukkan kurikulum. Bisa melalui muatan lokal maupun ekstrakulikuler," ujar Wiendu, di Jakarta.

Dengan demikian, sejak dini anak-anak dapat diajarkan mengenai kebudayaan serta nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya. Sehinga tercipta generasi muda yang mencintai seni lokal.

Pemerintah daerah dan pusat, sambung dia, juga memiliki tanggungjawwab memberikan fasilitas kepada komunitas-komunitas seni guna melestarikan seni budaya lokal.

"Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri, harus didukung masyarakat," ungkap Wiendu.
Sementara itu, Ketua Pembina Persatuan Insan Kolintang Nasional (Pinkan), Lis Purnomo mengatakan, pihaknya berharap agar pemerintah benar-benar memfasilitasi untuk mendaftarkan Kolintang sebagai salah satu budaya asli Indonesia.

"Kita ingin alat musik ini didaftarkan dan dipatenkan oleh UNESCO," terangnya.
Sebagai bentuk pelestarian dan pengenalan alat musik tersebut, pihaknya menggelar Festifak Musik Kolintang, di Minahasa, Sulawesi Utara. Salah satu agendanya, memecahkan rekor MURI, untuk kategori memainkan kolintang selama 24 jam. (K32-SM Network/nji)