Diberdayakan oleh Blogger.
Latest Post

Lomba Mewarnai Diikuti 5.000 Siswa

Written By ericadventure on Jumat, 25 November 2011 | 11.27


Peserta terlihat serius mengikuti lomba mewarnai
 SEKITAR 5.000 siswa TK se-Kota Semarang mengikuti lomba mewarnai yang diselenggarakan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Semarang, di Taman Rekreasi Wonderia, Sabtu (19/11) pagi. Lomba merupakan rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) PGRI ke-66.
 
“Melalui kegiatan ini, kami ingin memberikan kontribusi lebih bagi dunia pendidikan. Selain ingin mengembangkan potensi akademik para siswa, kami juga berkeinginan mengembangan sisi non-akademiknya, dalam hal ini adalah jiwa kesenian yang dimiliki para siswa TK,” ujar Ketua PGRI Kota Semarang Ngasbun Egar, di sela acara.
 
Dengan lomba gambar tersebut, lanjut Ngasbun, diharapkan kreatifitas, kemandirian, dan kepekaan siswa semakin terasah. Sehingga ke depannya mereka mampu tampil sebagai generasi yang unggul dan membawa Indonesia menjadi negara yang maju.
 
Animo peserta memang terbilang tinggi. Salah satu peserta, M Alya (5), asal Plamongan ini mengaku senang mengikuti lomba mewarnai itu. Dia juga mengaku senang menggambar, baik saat berada di sekolah maupun di rumah.  

“Iya, saya senang menggambar. Paling senang menggambar gunung dan pemandangan,” ucap Alya polos.
Senada, Anggun Pasa (5), salah seorang peserta lainnya juga mengaku senang mengikuti lomba tersebut. “Iya senang, Bisa menggambar ramai-ramai,” ujar siswi TK yang bercita-cita menjadi seorang guru ini.
Selain lomba menggambar untuk siswa TK, peringatan HUT PGRI ke-66 tersebut juga dimeriahkan lomba band untuk siswa SMA/SMK dan festival penulisan puisi bagi siswa se-Kota Semarang. (sna/nji)


Juara Pertama Berkat Lagu Berkibarlah

Siswa TK NBI menampilkan gerak dan lagu dengan iringan lagu Berkibarlah
BERKAT lagu Berkibarlah, TK Negeri Bertaraf Internasional (TKNBI) akhirnya berhasil meraih juara I lomba gerak dan lagu nasionalisme tingkat kota Semarang. “Kami memang punya obsesi berkibar di seantero Indonesia, khususnya Kota Semarang. Kemenangan itu sangat membanggakan,” papar Kepala TK di Jalan Klipang Raya, Rondhiyantiningsih.

Bahkan, dengan membawakan lagu tersebut, awal bulan November lalu TK yang mewakili Kota Semarang maju di tingkat provinsi tersebut berhasil meraih juara III.

“Saat itu kami yakin meraih Juara I. Sayang ada sedikit kesalahan teknik, akhirnya harus puas di posisi Juara III. Tahun depan kami akan mempersiapkan diri lebih matang lagi,” terangnya.

Menurutnya, sejumlah kejuaraan yang berhasil diraih tersebut tak lepas dari fasilitas sekolah yang cukup lengkap, bahkan bertaraf internasional. “Seperti ruang seni, ruang kreativitas, ruang olahraga, dan bahkan kolam renang,” paparnya.

Dijelaskan, selain unggul dalam seni dan bahasa Inggris, sekolahnya juga secara rutin mengajak anak-anak studi perjalanan/lapangan (field trip) ke berbagai obyek yang mengandung nilai-nilai edukatif.

“Beberapa waktu lalu kami mengajak anak-anak field trip ke Museum Mandala Bhakti dan Bonbin Mangkang. Di kedua obyek tersebut anak-anak belajar tentang berbagai hewan dan jenis makanannya, serta sejarah berkaitan dengan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia,” urainya.

Rencananya, dalam waktu dekat pihak sekolah akan mengajak anak-anak mengunjungi pabrik teh botol dan Museum Jamu Jago. (awi/nji)

Lomba Mewarnai Diikuti 5.000 Siswa

Peserta terlihat serius mengikuti lomba mewarnai








SEKITAR 5.000 siswa TK se-Kota Semarang mengikuti lomba mewarnai yang diselenggarakan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Semarang, di Taman Rekreasi Wonderia, Sabtu (19/11) pagi. Lomba merupakan rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) PGRI ke-66.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin memberikan kontribusi lebih bagi dunia pendidikan. Selain ingin mengembangkan potensi akademik para siswa, kami juga berkeinginan mengembangan sisi non-akademiknya, dalam hal ini adalah jiwa kesenian yang dimiliki para siswa TK,” ujar Ketua PGRI Kota Semarang Ngasbun Egar, di sela acara.
Dengan lomba gambar tersebut, lanjut Ngasbun, diharapkan kreatifitas, kemandirian, dan kepekaan siswa semakin terasah. Sehingga ke depannya mereka mampu tampil sebagai generasi yang unggul dan membawa Indonesia menjadi negara yang maju.
Animo peserta memang terbilang tinggi. Salah satu peserta, M Alya (5), asal Plamongan ini mengaku senang mengikuti lomba mewarnai itu. Dia juga mengaku senang menggambar, baik saat berada di sekolah maupun di rumah.
“Iya, saya senang menggambar. Paling senang menggambar gunung dan pemandangan,” ucap Alya polos.
Senada, Anggun Pasa (5), salah seorang peserta lainnya juga mengaku senang mengikuti lomba tersebut. “Iya senang, Bisa menggambar ramai-ramai,” ujar siswi TK yang bercita-cita menjadi seorang guru ini.
Selain lomba menggambar untuk siswa TK, peringatan HUT PGRI ke-66 tersebut juga dimeriahkan lomba band untuk siswa SMA/SMK dan festival penulisan puisi bagi siswa se-Kota Semarang. (sna/nji)

Banyak Guru Mentok di IVA

Gunoto Saparie (paling kiri) memberi materi penulisan karya ilmiah populer
SELAMA ini karir guru banyak yang mentok di golongan IVA. Pembuatan karya ilmiah merupakan salah satu upaya agar guru bisa naik ke golongan IVB dan seterusnya. Untuk itu pelatihan penulisan karya ilmiah populer perlu diadakan.

Demikian ditegaskan oleh Ketua Panitia Pelatihan, Gunoto Saparie saat ditemui Harsem sesaat sebelum kegiatan dimulai, kemarin. “Karena ternyata banyak guru yang belum tahu caranya menulis karya ilmiah populer. Untuk itu kami ingin membantu mereka melalui kegiatan pelatihan ini,” terangnya.

Sejumlah materi yang diangkat antara lain memberikan dasar-dasar penulisan karya ilmiah populer dan teknik penulisan. “Supaya semakin banyak guru yang menghasilkan karya ilmiah populer dan bisa dimuat di media massa,” kata dia.

Tujuan lain yaitu agar tradisi menulis dan membaca di kalangan guru lebih kental. “Selama ini sebetulnya sudah ada sejumlah guru yang sering menulis di surat kabar. Tapi bentuknya surat pembaca, jadi itu belum bisa dikatakan sebagai karya ilmiah populer,” terangnya.

Pada kegiatan yang diadakan di Gedung Pers Jawa Tengah yang terletak di jalan Tri Lomba Juang tersebut, kegiatan sempat mundur beberapa saat dikarenakan jumlah peserta melebihi kuota. “Sebetulnya kami hanya membuka untuk 50 peserta. Tapi peserta lebih banyak. Itu membuktikan guru antusias mengikuti pelatihan,” kata dia.

Selain Gunoto Suparie yang juga Kepala Bidang Kerjasama Dewan Kesenian Jawa Tengah, bertindak sebagai pembicara yaitu dosen Fakultas Bahasa dan Seni Unnes, Teguh Supriyanto dan Direktur Budi Santoso Fondation Adi Ekopriyono.

Gunoto menambahkan, pada kegiatan yang diprakarsai Forum Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah ini, guru yang dilibatkan mulai dari guru SD hingga SMA. “Ini merupakan kegiatan pertama kami. Karena forum wartawan pendidikan dan kebudayaan Jawa Tengah ini baru dibentuk sekitar satu bulan lalu,” kata dia.

Pada kesempatan tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Bunyamin yang diwakili Kepala Bidang Pendidikan Formal Informal, Nurgayatri mengatakan, kegiatan sangat positif bagi perkembangan karir guru.

“Diharapkan kegiatan bisa meningkatkan profesionalitas guru. Jadi guru tidak hanya memberikan pembelajaran terhadap peserta didik, tetapi juga kepada diri sendiri,” terangnya. (awi/nji)

Semarang Kelebihan Guru SMP-SMA

Tri Waluyo
JUMLAH guru SMP, SMA, dan SMK di Kota Semarang ternyata sudah overload. Untuk jenjang SMP, kelebihan guru paling banyak pada mata pelajaran bahasa Indonesia, matematika, PKn, biologi, sejarah, ekonomi, dan penjaskes.

Adapun pada jenjang SMA dan SMK, kelebihan guru hampis terjadi di semua mata pelajaran (mapel). “Kecuali untuk mata pelajaran bimbingan konseling (BK), bahasa Jawa, kesenian, dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK),” jelas Kepala Bidang (Kabid) Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) Disdik Kota Semarang, Tri Waluyo, kemarin.

Adanya kelebihan jumlah membuat banyak guru tak bisa memenuhi kewajiban mengajar 24 jam per pekan. Kondisi berbeda dialami di jenjang sekolah dasar (SD). Berdasar data, ada kekurangan 436 personel.

Tri Waluyo mengatakan kekurangan guru SD pada guru kelas. Dari 354 SD negeri di -Kota Semarang, baru ada 3.878 kelas. “Berdasar kalkulasi kami, kita masih membutuhkan 436 guru,” jelasnya.

Kekurangan ini, lanjutnya, disebabkan beberapa faktor. Namun, tingginya angka pensiun disebutnya memberikan kontribusi besar. “Untuk 2011 saja, terdapat lebih dari 100 guru yang pensiun,” imbuhnya.

Untuk masalah kekurangan guru, tambahnya, pihaknya sudah  melakukan upaya regrouping atau merger. Namun karena guru yang pensiun cukup banyak maka tetap saja langkah itu tidak bisa mengatasi kekurangan guru secara signifikan. Kekurangan guru ini, menurutnya, bahkan akan terus berlangsung lantaran adanya moratorium atau penghentian sementara penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) dari pemerintah pusat.

Menurut dia, kurangnya guru SD itu jelas memengaruhi kelangsungan pembelajaran. Apalagi fungsi guru SD sebagai guru kelas membawahi setiap kelas, beda dengan jenjang SMP-SMA yang menjadi guru mata pelajaran.

Terkait kurangnya guru SD, ia mengatakan, Disdik berencana melakukan berbagai upaya untuk menjamin pembelajaran tetap berjalan baik. Antara lain memberi kesempatan guru SMP mengajar di SD.

Ia mengakui, langkah itu bisa dilakukan selama guru belum tersertifikasi. sebab setelah tersertifikasi guru harus mengajar sesuai kompetensinya, tidak boleh mengajar pelajaran di luar spesialisasinya.(sna/nji)

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger