Home » , , » Seminar Internasional FEB Undip Tiap Negara Punya Gaya Manajerial Berbeda

Seminar Internasional FEB Undip Tiap Negara Punya Gaya Manajerial Berbeda

Written By Sena on Jumat, 25 Mei 2012 | 16.57


SEMINAR INTERNASIONAL: Tiga pembicara di seminar internasional bertema Practices and  Research in Management: Cross-Cultural Perspective yang diadakan FEB Undip(HARSEM/ARIS WASITA WIDIASTUTI)


SEMARANG - Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Undip mengadakan seminar internasional bertema Practices and  Research in Management: Cross-Cultural Perspective di Auditorium Gedung C Kampus Tembalang, kemarin.

Pada seminar tersebut, tampak hadir Prof Jagannath Mohanty dari Indian Management of Technology, dan Heiko Schorr dari GIZ Germany. Ketua Jurusan Manajemen FEB Undip, Suharnomo  mengungkapkan, manajemen selama ini dianggap sebagai ilmu yang universal dimana praktik manajemen dianggap seragam. Pemikiran arus utama menganggap manajemen Amerika dapat ditransfer ke seluruh dunia. 

“Kalaupun ada perbedaan, keragaman tersebut hanya terletak pada management art or practices dan bukan pada ilmu manajemen sebagai sains yang mengandung konsep. Aliran tersebut dikenal dengan nama universalist approach yang menyatakan adanya uniformity dalam praktik manajemen,” ujarnya.

Namun seiring dengan munculnya kekuatan ekonomi baru seperti Jepang, Cina dan Korea, kesahihan teori universal dalam manajemen mendapat tantangan karena negara-negara tersebut tidak menerapkan gaya manajemen Amerika. “Inilah bukti empirik  dari  teori divergence yang mengatakan organisasi mempunyai kedekatan dengan budaya nasional yang melekat dan  sangat sulit untuk berubah sehingga masing-masing negara  memiliki gaya manajerial yang berbeda,” kata dia.

Dikatakan, penerimaan pandangan tersebut makin meluas didasarkan pada makin meningkatnya  perhatian pada  variabel lintas budaya di dalam praktek manajemen. “Tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan penelitian yang mengarah pada terbentuknya Indonesian Style in Management dengan kinerja istimewa meskipun praktik manajemennya mendasarkan pada budaya Indonesia sendiri,” jelasnya.

Dikatakan, sebenarnya tidak ada komunitas tanpa budaya, tidak ada masyarakat tanpa pembagian kerja, tanpa proses pengalihan atau transmisi minimum dari informasi. “Dengan kata lain tidak ada komunitas, tidak ada masyarakat, dan tidak ada kebudayaan tanpa adanya manajemen komunikasi yang baik. Disinilah pentingnya kita mengetahui manajemen komunikasi antarbudaya,” tukasnya. (awi/15)

Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger