Home » , , » Karakter Kuat, Bangsa Jaya

Karakter Kuat, Bangsa Jaya

Written By Sena on Senin, 04 Juni 2012 | 15.07


Dari kiri ke kanan: Prof Singgih TS, Prof Franz MS dan Dekan FIB Agus Maladi.
(harsem/dok)


SEMARANG- Hanya bangsa yang mampu membangun karakter yang kuat yang akan jadi bangsa yang jaya. Demikian dikatakan Dosen Undip, Prof Singgih Tri Sulistyono dalam seminar nasional “Membangun Karakter Bangsa Melalui Pemantapan Kebudayaan Nasional dan Kesadaran Historis”, kemarin.

Beberapa bangsa yang mampu membangun karakter bangsa dengan kuat yakni Jepang, Cina, Korea serta Singapura. “Bangsa-bangsa yang disebutkan di atas adalah bangsa-bangsa yang mampu membangun karakternya sesuai dengan jatidiri dan landasan budaya mereka,” paparnya.

Artinya, karakter bangsa dapat dibangun dari basis budaya yang telah berkembang dalam sejarah bangsa itu sendiri. “Namun kemudian juga dapat ditambah dan disempurnakan dengan nilai-nilai baru (modern) yang dapat saja berasal dari bangsa-bangsa lain sesuai dengan rekayasa ideal yang dirumuskan oleh bangsa itu sendiri,” jelasnya.

Dengan demikian bangsa yang mengalami sindrom amnesia historis (tidak memiliki kesadaran sejarah) tidak akan mampu membangun masa depannya secara optimal. “Sudah barang tentu rekayasa ideal mengenai karakter bangsa yang dicita-citakan itu dapat selalu diubah dan disempurnakan secara dinamis dari waktu ke waktu sesuai dengan tantangan zaman,” ujar Singgih.

Singgih menegaskan, dalam konteks pembangunan karakter bangsa, wujud budaya lokal yang diangkat sebagai bahan utamanya terutama wujud budaya yang bersifat ideasional (sistem ide) dan behavioral (pola perilaku) yang dapat dipandang sebagai local wisdom (kearifan lokal).

“Misalnya tentang semangat gotong-royong, sopan-santun, menghormati orang yang lebih tua, tepo-saliro, dan sebagainya yang banyak dijumpai pada banyak kebudayaan lokal. Smentara itu nilai-nilai karakter yang tidak dijumpai dalam budaya lokal bisa diadopsi dan diadaptasi dari kebudayaan modern, seperti disiplin, kerja keras, sikap intelektualitas, mandiri, dan sebagainya,” paparnya.

Dalam seminar yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Budaya (FIB) di Gedung Pascasarjana Undip Pleburan dihadiri pula Prof Dr Franz Magnis-Suseno dari STF Driyarkarna Jakarta, dan live performance oleh Didik Ninik Thowok. (awi/15)

Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger