Home » , , » Serat Sastra Gending Sarat Bahasa Simbolik

Serat Sastra Gending Sarat Bahasa Simbolik

Written By Khoierzblogs on Jumat, 09 November 2012 | 09.32

HARSEM/JBSM/ANGGUN PUSPITA
RAIH DOKTOR: Rektor IAIN Walisongo Semarang Prof Muhibbin memberikan ucapan selamat kepada Zaenudin Bukhori setelah berhasil meraih gelar Doktor Studi Islam
SEMARANG- Alunan tembang Kebo Giro dari karawitan Panembrama Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang mengiringi kelulusan Zaenudin Bukhori meraih predikat Doktor Studi Islam dari Program Doktor di kampus tersebut, Kamis (8/11). Melalui ujian terbuka dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Sultan Agung (Unissula)Semarang itu berhasil mempertahankan argumennya pada disertasi yang berjudul ''Mistisisme Islam Jawa: Studi Serat Sastra Gendhing Sultan Agung''.

Pada sidang yang dipimpin Rektor IAIN Walisongo Semarang Prof Muhibbin dan dipromotori Prof Djoko Suryo ini, Zaenudin memaparkan, kerajaan Islam di Jawa mempunyai peran yang signifikan dalam perkembangan sastra ke-Islaman di kawasan nusantara. Karya sastra itu pun mengalami perkembangan yang dinamis sesuai dengan perbedaan orientasi keagamaan serta perubahan tatanan sosial dan sistem pemerintahan.

''Dengan mengubah dan menciptakan karya sastra Islam yang berbentuk serat atau suluk dalam bentuk macapat, raja menyebarkan ajaran Islam. Salah satu serat yang lahir pada masa kerajaan Mataram Islam yaitu Serat Sastra Gendhing karya Sultan Agung. Dan serat tersebut merupakan karya sastra Jawa yang sarat menggunakan bahasa simbolik,'' jelas lelaki kelahiran Demak 2 Mei 1965 itu.

Bahasa simbolik yang tertulis dalam pupuh Dhandang Gula pada ke 13 itu, sastra diartikan sebagai Tuhan yang mencipta, sedangkan gendhing adalah mahluk yang dicipta. ''Untuk menjelaskan simbol dan kandungan isi dalam naskah Serat Sastra Gendhing, saya menggunakan metode hermeneutik. Metode ini relevan untuk mengkaji naskah karena ada unsur jarak kultural antara penulis serat dengan dunia pembaca sekarang,'' ungkap suami dari Hj Siti Sholihati ini.

Adapun, lanjut Zaenudin, corak mistik Sultan Agung dalam Serat Sastra Gendhing adalah panintheisme atau keberadaan suatu benda yang secara majazi mengandung dua unsur, akan tetapi hakikatnya adalah satu. Sehingga latar belakang penulisan serat tersebut karena otoritas politis dan masalah sosial yang melekat padanya yang bergelar 'Amirul Mukminin Sayidin Panatagami'.

''Jadi relevansi ajaran yang terkandung dalam Serat Sastra Gendhing dalam konteks era global, yakni serat panduan moral yang tetap up to date untuk diapresiasi dalam kehidupan sosial kemasyarakatan,'' tandas mantan anggota legislatif Kota Semarang itu. (K3/JBSM/15)
Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger