Home » , , , , » Dr Muh Nashirudin: Tawarkan Kalender Universal Untuk Penentuan Awal Hijriyah

Dr Muh Nashirudin: Tawarkan Kalender Universal Untuk Penentuan Awal Hijriyah

Written By amoy ya annisaa on Selasa, 04 September 2012 | 09.43

DOKTOR ILMU FALAK: Rektor IAIN Walisongo Semarang sekaligus ketua penguji disertasi, Prof Muhibbin memberikan selamat kepada Doktor Ilmu Falak Dr Muh Nashirudin seusai ujian terbuka dan meraih gelar doktor dari program Pascasarjana di kampus I IAIN Walisongo. (HARSEM/JBSM/ANGGUN PUSPITA)

 
SEMARANG- Penentuan awal bulan Ramadan dan Syawal di Indonesia hingga kini masih menjadi perbedaan serta perdebatan di antara pemerintah dengan ormas Islam. Belum ada kajian yang dapat diterapkan untuk menyatukan perbedaan waktu penentuan bulan-bulan Hijriyah tersebut.

Maka ada sebuah harapan yang disampaikan Rektor IAIN Walisongo Semarang sekaligus Ketua Penguji, Prof Muhibbin pada ujian disertasi terbuka promovendus Doktor bidang Hukum Islam Muh Nashirudin di Gedung Program Pascasarjana kampus I IAIN Walisongo, belum lama ini.

Rektor mengatakan, saat ini masyarakat merindukan ada kesatuan ketika mengawali puasa dan dapat lebaran bersama. Maka dengan lahirnya doktor ilmu falak yang disandang Nashirudin pihaknya berharap gagasannya dapat mempersatukan perbedaan tersebut.

Pada disertasi terbuka yang dipromotori Prof Dr Thomas Djamaluddin dan Dr Muhyar Fanani itu, promovendus yang merupakan dosen jurusan Syariah IAIN Surakarta itu menawarkan kalender universal untuk menentukan awal Hijriyah di dunia Islam. 
 
Dengan mengangkat judul disertasi ''Kalender Hijriyah Universal (KHU): Kajian atas Pemikiran Mohammad Shawkat Odeh dan Prospeknya di Indonesia'', lelaki kelahiran Boyolali 2 Desember 1977 ini mencoba mengkaji apakah KHU dapat diterapkan di Indonesia.  Dan apakah KHU juga dapat menyatukan perbedaan awal Hijriyah yang terjadi selama ini di negara ini.

''Pemikiran MS Odeh melalui KHU ini saya tawarkan sebagai upaya untuk menentukan awal bulan Hijriyah. Dan dengan KHU diharapkan ada penyatuan waktu di dunia Islam dalam memulai bulan baru Hijriyah dengan waktu yang sama,'' ungkapnya yang pernah menempuh pendidikan S-2 di Universitas Islam Emir Abdelkader di Constatine, Aljazair ini.

Kajian MS Odeh ini dilakukan dengan membuat kriteria visibilitas hilal, yakni kapan dan pada posisi apa hilal itu bisa dirukyah. Kriteria itulah yang menjadi dasar membuat KHU. Kemudian dengan KHU, dapat membuat dunia Islam berada dalam satu zona, sehingga dapat memulai bulan baru Hijriyah pada waktu yang sama.

''Namun, untuk mengimplementasikanya di Indonesia masih ada kendala, yakni pembagian zona dalam kaidah KHU sangat luas karena meliputi semua benua. 
 
Dan dengan begitu luasnya zona, sebagian besar masyarakat Indonesia masih sulit menerima. Sehingga, tawaran saya mengenai KHU dalam penelitian ini tidak mengadopsi seluruhnya tapi memakai kriteria yang hanya mengambil zona di Indonesia,'' jelas ayah dari tiga putra dan suami dari Imarotus Syari'ah itu.

Harapannya penelitian KHU untuk menentukan awal bulan Hijriyah ini dapat menjadi masukan bagi Kemenag dan ormas Islam di Indonesia. Sehingga ada persatuan dan kesamaan dengan menggunakan kriteria internasional yang memiliki keabsahan secara syar'i dan diterima di kalangan astronomi ini. (K3/JBSM/15)

Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger