Home » , » Siswa Puasa, Penjual Mainan Laris

Siswa Puasa, Penjual Mainan Laris

Written By Arind on Kamis, 11 Agustus 2011 | 12.59

BULAN Ramadan tiba. Saatnya siswa menghilangkan kebiasaannya membeli jajan saat istirahat atau sepulang sekolah.  Para penjual makanan yang biasanya setia menunggu siswa keluar usai bel tanda istirahat atau jam pulang dibunyikan, sekarang memilih jualan mainan.
Sejumlah siswa menggunakan uang sakunya untuk membeli mainan, bukan lagi untuk membeli jajan makanan. Salah satu penjual makanan, Parto (25) mengatakan, pada hari-hari biasa di luar bulan Ramadan, dirinya berjualan bakso kojek.
“Tapi sekarang bulan puasa, saya ganti jualan mainan. Soalnya kalau jual makanan pembelinya sedikit. Ada yang beli sih, biasanya siswa yang masih kecil,” tuturnya.
Dikatakan, dirinya mengaku penghasilannya melebihi jika dirinya berjualan makanan. “Bisa sampai dapat Rp 75 ribu hingga Rp 10 0ribu. Sedangkan kalau jual makanan paling cuma dapat Rp 50 ribu,” jelasnya.
Dikatakan, ketika beralih profesi sebagai penjual mainan, dirinya memang hanya melakukannya pada bulan Ramadan. “Karena uang saku anak-anak itu kan paling ya hanya buat beli mainan itu. Beda kalau hari biasa, uang saku mereka ada yang buat beli jajanan dan ada yang buat beli mainan,” jelas pria asal Ungaran ini.
Untuk mainan yang dijualnya berupa mainan yang terbuat dari plastik dan kertas. “Saya jual mainan yang kualitasnya biasa saja, tapi bentuknya menarik. Daripada beli yang kualitasnya bagus malah nggak laku karena terlalu mahal harganya,” terang pria yang sudah berdagang dari sekolah ke sekolah sejak empat tahun lalu ini.
Dikatakan, harga mainan yang dia jual berkisar antara Rp 500 hingga Rp 3 ribu. “Biasanya kalau anak laki-laki suka kartu bergambar atau robot-robotan, tapi kalau yang perempuan biasanya lebih suka gambar-gambar boneka yang bisa dipasangkan dengan gambar baju,” jelasnya.
Dikatakan, dirinya kadang juga membawa mainan barbie. “Tapi itu biasanya kalau ada yang pesan, soalnya harganya agak mahal. Yang paling murah sekitar Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu. Itu saja bagi saya sudah mahal kalau harus kulakan tanpa ada yang memesan. Jadi kalau bawa mainan yang harganya Rp 10 ribu ke atas, saya nunggu kalau ada siswa yang pesan,” kata dia.
Namun demikian, bukan hanya barang-barang yang hanya bisa digunakan untuk mainan saja yang dijualnya, namun ada juga poster-poster gambar buah atau bunga. “Biasanya ini malah yang beli orangtua yang ingin membelikan anaknya untuk belajar di rumah. Saya selalu bawa poster itu, meskipun tidak setiap hari pasti laku,” tandasnya. (aris wasita widiastuti/nji)


Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger