Home » , , » Peringatan Dies Natalis ke-55 Undip Dari Kirab Budaya Hingga Pentas Drama

Peringatan Dies Natalis ke-55 Undip Dari Kirab Budaya Hingga Pentas Drama

Written By putra on Rabu, 03 Oktober 2012 | 08.48

SEMARANG- Pembukaan peringatan Dies Natalis ke-55 Undip kemarin, diwarnai dengan kirab budaya, ekspo sains dan teknologi, fashion show dan pentas drama. ( HARSEM/DOK )






Kawasan kampus Universitas Diponegoro kemarin tak seperti biasanya. Hampir seluruh warga Undip gegap gempita merayakan Dies Natalisnya yang ke -55.

Pada Selasa pagi, sebagai pembukaan dari seluruh rangkaian acara, seluruh jajaran pejabat Undip melakukan kirab budaya dari SPBU menuju Gedung Prof Sudharto.

Terlihat, Rektor Undip, Prof Sudharto P Hadi yang didampingi oleh istri, mengenakan pakaian Pangeran Diponegoro menaiki andong.

Disusul oleh pejabat Undip lain, mulai dari pembantu rektor hingga dekan. Mereka juga terlihat mengenakan pakaian tradisional Jawa. Selanjutnya, rombongan yang mulai berjalan dari pukul 08.00 tersebut masuk ke halaman gedung Prof Sudharto untuk membuka ekspo sains dan teknologi.

Ekspo tersebut diikuti oleh seluruh fakultas di Undip serta beberapa stakeholder. Usai membuka ekspo, rombongan masuk ke dalam gedung untuk mengikuti sejumlah acara, di antaranya fashion show batik yang diikuti oleh perwakilan masing-masing fakultas.

Selanjutnya, sebagai puncak acara pada pagelaran hari itu, ada pentas drama yang menceritakan tentang perjuangan Diponegoro untuk meraih kemerdekaan.

Prof Sudharto yang memerankan Pangeran Diponegoro serta peran lain yang dimainkan istri rektor beserta pembantu rektor  terlihat bermain apik. 

Sementara itu, kepada wartawan, rektor mengatakan, pada dies natalis kali ini, Undip mengangkat tema ‘Menjadi Universitas yang Unggul dan Berkarakter”. Unggul yaitu mampu bersaing di tingkat lokal, regional, nasional dan global.

Sedangkan berkarakter yaitu memiliki kepedulian tinggi kepada sekitarnya dan berwawasan kebangsaan. “Itu bisa digali dari nilai-nilai perjuangan Diponegoro. Acara ini untuk menunjukkan semangat yang peduli pada penderitaan yang dialami oleh masyarakat,” urainya.

Diceritakan, saat penjajahan Belanda, Diponegoro turun bersama dengan rakyat melakukan pemberontakan. 

“Saat ini tidak penjajahan fisik, tetapi dalam bentuk pengaruh atau tindakan yang tidak lagi menghargai nilai-nilai kebersamaan, mengutamakan kepentingan pribadi dan golongan, sert kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan kekerasan,” tandasnya.

Pada pagelaran tersebut, Undip juga lebih menampilkannya dalam balutan budaya. “Karena kami ingin melestarikan budaya yang merupakan warisan dari nenek moyang.

Budaya sebagai pedoman bertindak dan bertingkah laku, yaitu nilai-nilai yang di dalamnya ada nilai kejuangan Diponegoro, untuk itu ada kirab budaya serta pagelaran wayang,” urainya.

Dari wayang, banyak yang bisa diteladani tentang bagaimana yang baik. “Wayang itu kan mengangkat kehidupan manusia, misalnya benci, iri hati, perebutan kekuasaan, cinta, merebut istri orang lain, semua ada di sana, itu yang bisa kita petik pelajarannya,” jelasnya.

Dirinya juga meminta kepada seluruh warga Undip untuk menggunakan momentum ultah ini untuk meningkatkan prestasi tetapi juga harus dilandasi karakter yang baik. (awi/15)


Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger