Home » , , » Pranoto Samto Atmojo Raih Doktor Sedimentasi Tinggi, Kapasitas Waduk Menurun

Pranoto Samto Atmojo Raih Doktor Sedimentasi Tinggi, Kapasitas Waduk Menurun

Written By putra on Senin, 01 Oktober 2012 | 09.03

    SERAHKAN IJAZAH: Sekretaris tim penguji Prof Sunarso menyerahkan ijazah kepada Promovendus Program Doktor Teknik Sipil Undip Pranoto Samto Atmojo, di Gedung Program Pascasarjana Kampus Pleburan ( HARSEM/JBSM/HARTATIK )
SEMARANG-  Waduk di Indonesia pada umumnya mengalami penurunan kapasitas tampungan akibat laju sedimentasi yang tinggi. Hal itu diakibatkan karena laju endapan lebih besar dari laju endapan rencana, sehingga umur waduk menjadi lebih pendek dari umur rencana semula.

 Promovendus Program Doktor Teknik Sipil Undip Pranoto Samto Atmojo menguraikan, untuk menghindari kerugian yang lebih besar maka perlu adanya peningkatan tindakan pada pengelolaan sedimen di waduk.

Usaha tersebut bisa diakukan dengan mengendalikan daerah hulu melalui konservasi, pembangunan penangkap pasir, saluran pengelak, penataan tata guna lahan dan pengendalian erosi.

Selain itu, bisa dilakukan dengan mengurangi atau mengeluarkan endapan yang telah terlanjur masuk atau sudah mengendap di dalam waduk, yakni dengan sluicing, venting, penggelontoran hidrolis dan penggalian. Demikian diungkapkan Dosen Jurusan Sipil Fakultas Teknik Undip saat ujian disertasi berjudul 

''Pengaruh Tinggi Muka Air Terhadap Efektivitas Penggelontoran Sedimen'', Sabtu (29/9), di Gedung Program Pascasarjana Kampus Pleburan.

''Di Indonesia pada umumnya, laju endapan yang mengurangi kapasitas waduk terbilang tinggi. Bahkan cukup tinggi bila dibandingkan dengan laju pengurangan kapasitas waduk akibat sedimentasi dunia yang rata-rata 1%,'' urainya.

 Sebagai contoh, Waduk Wonogiri laju pengurangan kapasitas akibat sedimentasi rata-rata 2,7% per tahun, Waduk Mrica 2,6% per tahun, Waduk Sempor 1,64% per tahun, Waduk Bili-Bili 2,67% per tahun. 

Lebih lanjut, pria kelahiran Sukoharjo, 3 Februari 1954 ini mengungkapkan, potensi kerugian fungsi waduk akibat sedimentasi di Jawa mencapai 84 juta USD akibat penurunan energi istrik. 

Selain itu kerugian yang diakibatkan kehilangan kemampuan pemenuhan kebutuhan beban puncak mencapai 105 juta USD dan 2 juta USD untuk penurunan penyediaan air baku.

 Bapak tiga anak ini menguraikan, dari persoalan tersebut belum ada evaluasi untuk kerja operasional bangunan penggelontor sedimen pada waduk. 

Hal itu termasuk kaitannya antara konsentrasi sedimen yang keluar dengan faktor-faktor ketebalan endapan, diameter sedimen, tinggi muka air yang efektif, dan kecepatan aliran pada pelaksanaan penggelontoran.
    
Dari identifikasi masalah itu, diperoleh empat faktor penting pada penelitian itu yakni pengaruh bentuk geometri sayap hulu pintu, bukaan pintu yang efektif, tinggi muka air efektiif pada pelaksanaan penggelontoran dan formula konsentrasi sedimen tergerus.

''Dalam kaitan penggelontoran bentuk sayap hulu bersudut 45 derajat lebih baik dari bentuk sudut  90 derajat, sedangkan bukaan satu pintu yang paling efisien. 

Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat sebagai referensi awal pada pelaksanaan operasional penggelontoran pada tampungan sedimen waduk,'' jelasnya. (J9/JBSM/15)

























Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger