Latest Post
09.08
“Saya selalu mengajak orang di sekeliling saya untuk menerapkan disiplin dan kerja keras. Itu saya lakukan baik saat di lingkungan kerja maupun di tengah keluarga,” jelasnya.
Tak hanya itu, bahkan kepada anak didik, disiplin sudah dikenalkan sejak dini. “Karena bagi saya tidak ada hal yang tidak bisa diraih, asalkan ada niat dan usaha keras untuk meraihnya,” jelasnya.
Berbicara mengenai dunia pendidikan, suami dari MG Sri Asih ini sangat antusias. Baginya dunia pendidikan adalah bidang yang sampai saat ini paling dipahaminya. Wajar saja hampir separuh hidupnya ia curahkan untuk pengembangan dunia pendidikan.
Segudang pengalaman kerja telah dikantongi. Dari guru SDN Guntur I Demak, guru SDN Pedurungan Tengah 02-03, Kepala Sekolah SDN Kalicari 01-03, hingga saat ini menjabat kepala sekolah di SDN Tlogosari Kulon 03 Semarang. “Saya pernah meraih meraih predikat guru berprestasi tingkat Kecamatan Pedurungan,” paparnya.
Mengenai maraknya kenakalan anak sekolah dan kasus tawuran pelajar, Wakidjo mengaku prihatin. “Pada dasarnya, mereka anak-anak baik. Generasi penerus yang bisa diandalkan, pribadi-pribadi yang tanggap lingkungan dan berbudi pekerti luhur. Hanya pembinaan dan perhatian pada mereka kurang, serta faktor lingkungan yang tidak kondusif. Ini menjadikan mereka berperilaku demikian,” paparnya.
Terlebih saat ini zaman sudah semakin canggih tekhnologi semakin berkembang. Imbasnya generasi muda kehilangan filter untuk menyaring informasi dan pengetahuan.
“Kadangkala saya pribadi merasa tidak terima atas komentar-komentar pesimis terhadap anak didik kita saat ini. Karena bagi saya, semua anak adalah anak-anak yang cerdas dan berbudi pekerti luhur. Hanya saja perlu untuk selalu kita ingatkan, dibina dan kita rengkuh,” jelasnya.
Tentu saja cara pendekatan persuasif yang harus dilakukan. “Jangan dengan cara-cara kasar dan menggurui. Agar mereka bisa memberikan kontrubusi positif terhadap kemajuan bangsa ini kelak. Inilah gunanya kita sebagai pendidik sekaligus orangtua mereka. Berusaha meluruskan jalan yang berkelok “ ungkap pria kelahiran Kulonprogo, 22 Oktober 1951 ini.
Bagi Wakidjo, semua yang dilakukan hanya untuk berbuat kebaikan bagi orang lain. Sebagaimana falsafah hidupnya, urip mung bebasan mampir ngombe. “Maka marilah kita pergunakan waktu yang hanya sedikit ini untuk menyebar kebaikan agar bermanfaat bagi orang lain. Sekecil apapun usaha yang kita lakukan, asalkan berguna dan menjadi inspirasi bagi orang lain,” tandas ayah tiga putra ini. (aris wasita widiastuti/nji)
Urip Mung Mampir Ngombe
Written By p3joeang45 on Rabu, 30 November 2011 | 09.08
![]() |
Y Wakidjo |
BILA ingin meraih sukses, jangan berpangku tangan. Berusahalah dan bekerja keras, niscaya kesuksesan yang kita impikan akan tercapai. Demikian falsafah hidup Kepala SDN Tlogosari Kulon 03 Semarang, Y Wakidjo. Seperti dituturkan kepada Harsem, dia menerapkan falsafah tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
“Saya selalu mengajak orang di sekeliling saya untuk menerapkan disiplin dan kerja keras. Itu saya lakukan baik saat di lingkungan kerja maupun di tengah keluarga,” jelasnya.
Tak hanya itu, bahkan kepada anak didik, disiplin sudah dikenalkan sejak dini. “Karena bagi saya tidak ada hal yang tidak bisa diraih, asalkan ada niat dan usaha keras untuk meraihnya,” jelasnya.
Berbicara mengenai dunia pendidikan, suami dari MG Sri Asih ini sangat antusias. Baginya dunia pendidikan adalah bidang yang sampai saat ini paling dipahaminya. Wajar saja hampir separuh hidupnya ia curahkan untuk pengembangan dunia pendidikan.
Segudang pengalaman kerja telah dikantongi. Dari guru SDN Guntur I Demak, guru SDN Pedurungan Tengah 02-03, Kepala Sekolah SDN Kalicari 01-03, hingga saat ini menjabat kepala sekolah di SDN Tlogosari Kulon 03 Semarang. “Saya pernah meraih meraih predikat guru berprestasi tingkat Kecamatan Pedurungan,” paparnya.
Mengenai maraknya kenakalan anak sekolah dan kasus tawuran pelajar, Wakidjo mengaku prihatin. “Pada dasarnya, mereka anak-anak baik. Generasi penerus yang bisa diandalkan, pribadi-pribadi yang tanggap lingkungan dan berbudi pekerti luhur. Hanya pembinaan dan perhatian pada mereka kurang, serta faktor lingkungan yang tidak kondusif. Ini menjadikan mereka berperilaku demikian,” paparnya.
Terlebih saat ini zaman sudah semakin canggih tekhnologi semakin berkembang. Imbasnya generasi muda kehilangan filter untuk menyaring informasi dan pengetahuan.
“Kadangkala saya pribadi merasa tidak terima atas komentar-komentar pesimis terhadap anak didik kita saat ini. Karena bagi saya, semua anak adalah anak-anak yang cerdas dan berbudi pekerti luhur. Hanya saja perlu untuk selalu kita ingatkan, dibina dan kita rengkuh,” jelasnya.
Tentu saja cara pendekatan persuasif yang harus dilakukan. “Jangan dengan cara-cara kasar dan menggurui. Agar mereka bisa memberikan kontrubusi positif terhadap kemajuan bangsa ini kelak. Inilah gunanya kita sebagai pendidik sekaligus orangtua mereka. Berusaha meluruskan jalan yang berkelok “ ungkap pria kelahiran Kulonprogo, 22 Oktober 1951 ini.
Bagi Wakidjo, semua yang dilakukan hanya untuk berbuat kebaikan bagi orang lain. Sebagaimana falsafah hidupnya, urip mung bebasan mampir ngombe. “Maka marilah kita pergunakan waktu yang hanya sedikit ini untuk menyebar kebaikan agar bermanfaat bagi orang lain. Sekecil apapun usaha yang kita lakukan, asalkan berguna dan menjadi inspirasi bagi orang lain,” tandas ayah tiga putra ini. (aris wasita widiastuti/nji)
09.03
Mahasiswa Indonesia menampilkan berbagai potensi dari delapan provinsi RI dipandu mahasiswa perguruan tinggi setempat, seperti Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Brawijaya Malang, Universitas Andalas Padang, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
President AIESEC Indonesia, Firnando Buenayre Sirait menjelaskan, kegiatan merupakan rangkaian AIESEC Indonesia Youth Leadership Conference 2011. Pada rangkaian kegiatan tahun ini, dihadirkan lebih dari 240 anggota dari berbagai perguruan tinggi, ditambah delegasi anggota AIESEC dari Thailand, Taiwan, Selandia Baru, dan China.
“Konferensi AIESEC Indonesia itu merupakan agenda tahunan yang ditujukan untuk membangun jiwa kepemimpinan dan wawasan global mahasiswa anggota AIESEC selaku agen perubahan,” jelas Ando di sela kegiatan.
Ditanya anggota AIESEC Indonesia, ia menyebutkan jumlahnya mencapai sekitar 800 mahasiswa. Tersebar di sembilan kota, yakni Semarang, Padang, Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Malang, dan Solo.
Senada, koordinator pekan budaya AIESEC, Kurnia Yustiana juga menambahkan, pekan budaya tersebut merupakan bentuk apresiasi terhadap kebudayaan yang dimiliki masing-masing negara. “Kebetulan untuk pekan budaya kali ini hanya anggota dari Thailand, Taiwan, Selandia Baru, dan China yang bisa ikut,” tandas mahasiswa Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Undip Semarang semester V tersebut. (sna/nji)
Mahasiswa Lima Negara Pameran Budaya
Sejumlah mahasiswa UGM menampilkan tari saman asal Aceh dalam pekan budaya AIESEC Indonesia |
MAHASISWA dari lima negera, yakni Indonesia, Thailand, Taiwan, Selandia Baru, dan China, menggelar pameran kebudayaan di kawasan Taman Keluarga Berencana (KB), Sabtu (26/11). Pekan budaya yang diprakarsai Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales (AIESEC) Indonesia itu menampilkan aneka produk, pernak-pernik, makanan khas, serta kesenian dari masing-masing negara.
Mahasiswa Indonesia menampilkan berbagai potensi dari delapan provinsi RI dipandu mahasiswa perguruan tinggi setempat, seperti Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Brawijaya Malang, Universitas Andalas Padang, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
President AIESEC Indonesia, Firnando Buenayre Sirait menjelaskan, kegiatan merupakan rangkaian AIESEC Indonesia Youth Leadership Conference 2011. Pada rangkaian kegiatan tahun ini, dihadirkan lebih dari 240 anggota dari berbagai perguruan tinggi, ditambah delegasi anggota AIESEC dari Thailand, Taiwan, Selandia Baru, dan China.
“Konferensi AIESEC Indonesia itu merupakan agenda tahunan yang ditujukan untuk membangun jiwa kepemimpinan dan wawasan global mahasiswa anggota AIESEC selaku agen perubahan,” jelas Ando di sela kegiatan.
Ditanya anggota AIESEC Indonesia, ia menyebutkan jumlahnya mencapai sekitar 800 mahasiswa. Tersebar di sembilan kota, yakni Semarang, Padang, Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Malang, dan Solo.
Senada, koordinator pekan budaya AIESEC, Kurnia Yustiana juga menambahkan, pekan budaya tersebut merupakan bentuk apresiasi terhadap kebudayaan yang dimiliki masing-masing negara. “Kebetulan untuk pekan budaya kali ini hanya anggota dari Thailand, Taiwan, Selandia Baru, dan China yang bisa ikut,” tandas mahasiswa Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Undip Semarang semester V tersebut. (sna/nji)
Label:
hiburan,
Mahasiswa,
Perguruan Tinggi,
UNDIP
08.59
Namun pemerintah tidak ngopeni kesenian tradisional. Paidi merasakan minimnya penghargaan kesenian tradisional. Tak ada lagi tanggapan dari pejabat, sepi pula pesanan dari masyarakat. Sampai-sampai, untuk makan sehari-hari dia sering kekurangan.
Akhirnya, Paidi dan kawan-kawannya memutuskan mengamen di perempatan dan di jalan-jalan kampung. Mengamen dengan permainan kuda lumping sederhana demi menyambung hidup.
Saat tampil di jalanan itulah, seorang saudagar kaya dari negeri seberang mengajaknya bicara. Ternyata si tauke telah memperhatikan dan membuntuti Paidi. Si sudagar menawarkan bayaran yang fantastis jika mau diboyong di negerinya.
Sesaat, Paidi tercenung mendengar tawaran menggiurkan itu. Dia mengajak musyawarah anggotanya. Disepakati untuk menerima. Maka, berangkatlah Paidi cs ke negeri jiran.
Di negara seberang mereka kembali mendapat kehormatan. Bahkan penghargaan yang sangat besar. Juga kemakmuran finansial. Media massa mengekspos besar-besaran Paidi and his grup. Warga negara itu mengagumi dan ngefans padanya. Hingga seakan-akan tari kuda lumping merupakan identitas negara saudagar tersebut.
Mengetahui pemberitaan besar-besaran, Paidi dan anggotanya resah. Mereka merasa tidak nyaman. Jiwa kebangsaannya terusik, identitas kebudayaannya tersinggung.
Maka dengan tekad bulat dia dan kelompok memutuskan kembali ke negara asal. Walau tidak mendapat perhatian, harta maupun popularitas sebagaimana di negeri seberang, ia nekat. Baginya, kuda lumping itu adalah harga mati milik Indonesia.
Itulah penggalan cerita kuda lumping yang menjadikan penuturnya, Zakky Septian IM, siswa IX C SMP Islam Terpadu PAPB Palebon Semarang, menyabet juara II lomba cerita tingkat SMP se-Jawa Tengah yang diadakan RRI Semarang.
Lomba untuk memperingati Hari Jadi RRI Semarang ke 66 sekaligus Hari Kesaktian Pancasila, Hari Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan ini diikuti pelajar se-Jawa Tengah.
Zakky mengaku tidak menyangka cerita yang dibawakannya masuk final dan juara kedua. Menurutnya, itu berkat pembimbing yang gigih melatihnya yaitu Nuryanto.
“Saya gak nyangka dapat juara II. Ini berkat bimbingan Pak Nuryanto yang sabar dan gigih,” tutur remaja penyuka Vespa ini.
Soal ide cerita, kata dia, memang berasal darinya. Tapi pembuatan naskahnya dibantu guru matematikanya yang aktif di Teater Nawiji Semarang, yaitu Khoiri Abdillah. Dia lah yang membuat naskah berjudul Paidi dan Kelompok Seni Kuda Lumping.
“Naskah yang saya buat terinspirasi kesenian lokal yang tidak mendapatkan tempat layak,” ungkapnya.
Terpisah, Kepala Sekolah H Ramelan bangga terhadap prestasi anak didiknya. Ia meyakini, talenta anak-anak didiknya yang masih terpendam, jika dibimbing guru yang tepat, akan menghasilkan prestasi membanggakan. (moh ichwan/nji)
Juara Lomba Cerita Berkat Kuda Lumping
Zakky Septian diapit guru pembimbing, di depan gedung RRI Semarang |
PAIDI adalah pimpinan kelompok kesenian tari kuda lumping. Dua puluh tahun silam, Paidi dan kelompoknya sangat dikenal masyarakat. Dari anak kecil sampai orang dewasa, dari pelosok desa sampai kota. Semua mengenal dia dan grup kuda lumpingnya.
Namun pemerintah tidak ngopeni kesenian tradisional. Paidi merasakan minimnya penghargaan kesenian tradisional. Tak ada lagi tanggapan dari pejabat, sepi pula pesanan dari masyarakat. Sampai-sampai, untuk makan sehari-hari dia sering kekurangan.
Akhirnya, Paidi dan kawan-kawannya memutuskan mengamen di perempatan dan di jalan-jalan kampung. Mengamen dengan permainan kuda lumping sederhana demi menyambung hidup.
Saat tampil di jalanan itulah, seorang saudagar kaya dari negeri seberang mengajaknya bicara. Ternyata si tauke telah memperhatikan dan membuntuti Paidi. Si sudagar menawarkan bayaran yang fantastis jika mau diboyong di negerinya.
Sesaat, Paidi tercenung mendengar tawaran menggiurkan itu. Dia mengajak musyawarah anggotanya. Disepakati untuk menerima. Maka, berangkatlah Paidi cs ke negeri jiran.
Di negara seberang mereka kembali mendapat kehormatan. Bahkan penghargaan yang sangat besar. Juga kemakmuran finansial. Media massa mengekspos besar-besaran Paidi and his grup. Warga negara itu mengagumi dan ngefans padanya. Hingga seakan-akan tari kuda lumping merupakan identitas negara saudagar tersebut.
Mengetahui pemberitaan besar-besaran, Paidi dan anggotanya resah. Mereka merasa tidak nyaman. Jiwa kebangsaannya terusik, identitas kebudayaannya tersinggung.
Maka dengan tekad bulat dia dan kelompok memutuskan kembali ke negara asal. Walau tidak mendapat perhatian, harta maupun popularitas sebagaimana di negeri seberang, ia nekat. Baginya, kuda lumping itu adalah harga mati milik Indonesia.
Itulah penggalan cerita kuda lumping yang menjadikan penuturnya, Zakky Septian IM, siswa IX C SMP Islam Terpadu PAPB Palebon Semarang, menyabet juara II lomba cerita tingkat SMP se-Jawa Tengah yang diadakan RRI Semarang.
Lomba untuk memperingati Hari Jadi RRI Semarang ke 66 sekaligus Hari Kesaktian Pancasila, Hari Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan ini diikuti pelajar se-Jawa Tengah.
Zakky mengaku tidak menyangka cerita yang dibawakannya masuk final dan juara kedua. Menurutnya, itu berkat pembimbing yang gigih melatihnya yaitu Nuryanto.
“Saya gak nyangka dapat juara II. Ini berkat bimbingan Pak Nuryanto yang sabar dan gigih,” tutur remaja penyuka Vespa ini.
Soal ide cerita, kata dia, memang berasal darinya. Tapi pembuatan naskahnya dibantu guru matematikanya yang aktif di Teater Nawiji Semarang, yaitu Khoiri Abdillah. Dia lah yang membuat naskah berjudul Paidi dan Kelompok Seni Kuda Lumping.
“Naskah yang saya buat terinspirasi kesenian lokal yang tidak mendapatkan tempat layak,” ungkapnya.
Terpisah, Kepala Sekolah H Ramelan bangga terhadap prestasi anak didiknya. Ia meyakini, talenta anak-anak didiknya yang masih terpendam, jika dibimbing guru yang tepat, akan menghasilkan prestasi membanggakan. (moh ichwan/nji)
08.53
Semiloka diikuti guru TK-PAUD, SD, SMP hingga SMA/SMK se-Jawa Tengah. Arief mengatakan, peminggiran pacasila seakan tidak terlihat dampak negatifnya. “Namun semakin hari makin terasa, berdampak sangat fatal terhadap kehidupan berbangsa," ujarnya.
Dijelaskan, masyarakat kehilangan kendali atas dirinya. “Akibatnya terjadi konflik horizontal dan vertikal yang akhirnya melemahkan sendi-sendi persatuan,” tandasnya.
Dijelaskan, pembangunan sistem hukum nasional atau sistem hukum Pancasila dilakukan dengan bersumber pada dua sumber hukum materiil yakni sumber hukum materiil prakemerdekaan dan pascakemerdekaan.
“Dengan begitu diharapkan tercipta suatu sistem hukum nasional yang dapat menjamin integrasi bangsa dan negara, baik secara ideologis maupun secara territorial. Yang berdasar atas kesepakatan, baik melalui musyawarah mufakat maupun pemungutan suara,” urainya.
Dijelaskan, bangsa Indonesia dipersatukan bukan oleh kesamaan budaya, agama, dan etnisitas, melainkan oleh negara kesatuan. “Menampung cerita-cerita politik bersama, mengatasi segala paham golongan, perseorangan, visi misi dan tujuan yang sama untuk hidup bersama dalam wadah NKRI," imbuhnya.
Ketua panitia semiloka, Lita Tyesta mengatakan, melalui semiloka diharapkan akan muncul rekomendasi model-model pembelajaran, kurikulum hingga penyampaian yang lebih kreatif pada tingkatan TK, SD, SMP dan SMA/SMK.
"Tujuannya, membumikan lagi Pancasila melalui guru sebagai ujung tombak pendidikan. Karena pemahaman mengenai Pancasila yang baik merupakan tanggung jawab pendidikan,” tandasnya. (nji)
Pancasila Harus Diajarkan Sejak TK
Arief Hidayat saat menyampaikan makalah pentingnya pendidikan Pancasila |
IDEOLOGI Pancasila sebagai satu-satunya ideologi bangsa Indonesia harus diajarkan semenjak dini. Kalau perlu sejak TK-PAUD karena akan membentuk karakter mencintai bangsa.
Demikian diungkapkan Prof Arief Hidayat dalam Semiloka Pendidikan Pancasila dan Konstitusi bagi Guru kependidikan Kewarganegaraan se-Jawa Tengah. Semiloka diadakan Pusat Kajian Konstitusi FH Undip bekerjasama dengan MK dan Pemprov Jateng, di Hotel Patrajasa Semarang, Minggu (27/11).
Semiloka diikuti guru TK-PAUD, SD, SMP hingga SMA/SMK se-Jawa Tengah. Arief mengatakan, peminggiran pacasila seakan tidak terlihat dampak negatifnya. “Namun semakin hari makin terasa, berdampak sangat fatal terhadap kehidupan berbangsa," ujarnya.
Dijelaskan, masyarakat kehilangan kendali atas dirinya. “Akibatnya terjadi konflik horizontal dan vertikal yang akhirnya melemahkan sendi-sendi persatuan,” tandasnya.
Dijelaskan, pembangunan sistem hukum nasional atau sistem hukum Pancasila dilakukan dengan bersumber pada dua sumber hukum materiil yakni sumber hukum materiil prakemerdekaan dan pascakemerdekaan.
“Dengan begitu diharapkan tercipta suatu sistem hukum nasional yang dapat menjamin integrasi bangsa dan negara, baik secara ideologis maupun secara territorial. Yang berdasar atas kesepakatan, baik melalui musyawarah mufakat maupun pemungutan suara,” urainya.
Dijelaskan, bangsa Indonesia dipersatukan bukan oleh kesamaan budaya, agama, dan etnisitas, melainkan oleh negara kesatuan. “Menampung cerita-cerita politik bersama, mengatasi segala paham golongan, perseorangan, visi misi dan tujuan yang sama untuk hidup bersama dalam wadah NKRI," imbuhnya.
Ketua panitia semiloka, Lita Tyesta mengatakan, melalui semiloka diharapkan akan muncul rekomendasi model-model pembelajaran, kurikulum hingga penyampaian yang lebih kreatif pada tingkatan TK, SD, SMP dan SMA/SMK.
"Tujuannya, membumikan lagi Pancasila melalui guru sebagai ujung tombak pendidikan. Karena pemahaman mengenai Pancasila yang baik merupakan tanggung jawab pendidikan,” tandasnya. (nji)
Label:
Guru,
Pendidikan,
Semarang,
TK
10.07
Dikatakan, dirinya mengikuti berbagai berita, mulai dari politik, pendidikan, hingga olahraga. “Terutama untuk berita dalam negeri. Sekarang sangat mudah dan cepat untuk mengetahui kondisi suatu tempat meski lokasinya jauh. Ini berkat kecanggihan tekonologi,” ujar pria kelahiran Semarang,17 Januari 1960 ini.
Dijelaskan, salah satu berita yang terus diingatnya adalah tentang resafel kabinet, menyangkut pergantian nama Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
“Saya pribadi sangat menyambut baik dengan adanya pergantian nama ini. Berarti akhirnya pemerintah sadar bahwa nilai kebudayaan merupakan hal penting dalam proses pendidikan di Indonesia. Nilai kebudayaan dapat membangun karakter dari peserta didik,” paparnya.
Dia berharap, dengan pergantian nama tersebut, mudah-mudahan bisa membawa angin segar pada dunia pendidikan di tanah air. “Dengan pendidikan berkebudayaan, lulusan sekolah dari level terendah sampai tertinggi memiliki sikap yang lebih berbudaya, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa. Karena terus terang saat ini yang kita lihat rasa cinta anak bangsa terhadap budaya kita sudah luntur,” lanjutnya.
Dengan pendidikan berbasis budaya, masa depan pelajar diharapkan lebih dapat terarah dengan baik. “Harapannya yang pasti adalah kenakalan pelajar dapat berkurang. Selain itu mereka dapat bersikap lebih santun dalam menghadapi konflik yang menghadang,” tambah Supriyono.
Selain membaca koran, suami dari Sri Paryuni ini juga sangat suka nonton televisi. “Ini saya lakukan sambil beristirahat setelah seharian berkutat dengan pekerjaan,” tambahnya.
Sementara itu, mengenai pekerjaan, ayah dari dr Esis Prasasti Inda Chaula dan Kalif Helmi Hijriyati ini sangat menikmati profesinya. Mengawali karir sebagai guru SD, kemudian menjadi kepala sekolah, Supriyono bisa dibilang memiliki pengalaman kerja cukup di bidang ini.
Pengagum Susilo Bambang Yudhoyono ini mengungkapkan bahwa yang terpenting dalam hidup ini adalah selalu berjuang dan berusaha. Berjuang untuk menjadikan hidup lebih baik dari kemarin, dan berusaha mewujudkannya dengan upaya dan kerja keras.
“Dengan terbuka, kejujuran, hidup sederhana, dan apa adanya, niscaya hidup yang kita jalani menjadi lebih mudah. Tidak menemui banyak kendala. Kalaupun ada halangan di depan, tuntaskan melalui jalan musyawarah, dengan begitu masing-masing pihak merasa puas, dan tidak ada ganjalan di belakang,“ tutur pria yang juga gemar menikmati musik Jawa ini. (awi/nji)
Suka Membaca, Hobi Nabuh Gendang
Written By p3joeang45 on Selasa, 29 November 2011 | 10.07
![]() |
Supriyono menabuh gendang sebagai refreshing di sela kesibukan sebagai kepala sekolah |
MEMULAI hari dengan membaca adalah rutinitas Supriyono. Pria yang juga Kepala Sekolah SDN Bangetayu Wetan 03 Semarang ini menjadikan hobi membaca sebagai pemuas batin. “Saya selalu memulai hari dengan membaca koran. Mulai dari koran lokal hingga nasional, selalu menjadi santapan sehari-hari,” jelasnya kepada Harsem.
Dikatakan, dirinya mengikuti berbagai berita, mulai dari politik, pendidikan, hingga olahraga. “Terutama untuk berita dalam negeri. Sekarang sangat mudah dan cepat untuk mengetahui kondisi suatu tempat meski lokasinya jauh. Ini berkat kecanggihan tekonologi,” ujar pria kelahiran Semarang,17 Januari 1960 ini.
Dijelaskan, salah satu berita yang terus diingatnya adalah tentang resafel kabinet, menyangkut pergantian nama Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
“Saya pribadi sangat menyambut baik dengan adanya pergantian nama ini. Berarti akhirnya pemerintah sadar bahwa nilai kebudayaan merupakan hal penting dalam proses pendidikan di Indonesia. Nilai kebudayaan dapat membangun karakter dari peserta didik,” paparnya.
Dia berharap, dengan pergantian nama tersebut, mudah-mudahan bisa membawa angin segar pada dunia pendidikan di tanah air. “Dengan pendidikan berkebudayaan, lulusan sekolah dari level terendah sampai tertinggi memiliki sikap yang lebih berbudaya, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa. Karena terus terang saat ini yang kita lihat rasa cinta anak bangsa terhadap budaya kita sudah luntur,” lanjutnya.
Dengan pendidikan berbasis budaya, masa depan pelajar diharapkan lebih dapat terarah dengan baik. “Harapannya yang pasti adalah kenakalan pelajar dapat berkurang. Selain itu mereka dapat bersikap lebih santun dalam menghadapi konflik yang menghadang,” tambah Supriyono.
Selain membaca koran, suami dari Sri Paryuni ini juga sangat suka nonton televisi. “Ini saya lakukan sambil beristirahat setelah seharian berkutat dengan pekerjaan,” tambahnya.
Sementara itu, mengenai pekerjaan, ayah dari dr Esis Prasasti Inda Chaula dan Kalif Helmi Hijriyati ini sangat menikmati profesinya. Mengawali karir sebagai guru SD, kemudian menjadi kepala sekolah, Supriyono bisa dibilang memiliki pengalaman kerja cukup di bidang ini.
Pengagum Susilo Bambang Yudhoyono ini mengungkapkan bahwa yang terpenting dalam hidup ini adalah selalu berjuang dan berusaha. Berjuang untuk menjadikan hidup lebih baik dari kemarin, dan berusaha mewujudkannya dengan upaya dan kerja keras.
“Dengan terbuka, kejujuran, hidup sederhana, dan apa adanya, niscaya hidup yang kita jalani menjadi lebih mudah. Tidak menemui banyak kendala. Kalaupun ada halangan di depan, tuntaskan melalui jalan musyawarah, dengan begitu masing-masing pihak merasa puas, dan tidak ada ganjalan di belakang,“ tutur pria yang juga gemar menikmati musik Jawa ini. (awi/nji)
10.04
Pelatih SS Yasa Budaya Widayat mengatakan, anak-anak asuhannya mengusung tema pemahaman nilai-nilai pancasila, terutama sila kedua dan kelima berisi pentingnya hidup bersosial berlandaskan budi pekerti yang baik.
“Kesenian Jawa itu kan sarat dengan simbol-simbol yang mengajak untuk melakukan budi pekerti yang baik. Terutama saling menghargai antarsesama manusia, istilahnya nguwongke,” ujar Widayat usai pertunjukan.
Keempat pelakon punakawan yaitu Ki Semar Bodronoyo, Petruk, Gareng, dan Bagong itu diperankan siswa SD. Mereka adalah Natael Christine Dias Putra, Agil Ridho Erli Dewanta, Alfarul Riski Miftahudin, dan Rizkika Arya Purbaya Putra .
Karena keluaguannya membawa pesan melalui candaria, mereka dinobatkan sebagai juara I pada lomba candaria punakawan tingkat SD. “Di acara sarasehan budaya ini kami diberi waktu untuk pentas sekaligus menerima hadiah,” lanjut Widayat yang juga sutradara kelompok Wayang Wong Ngesti Pandowo ini.
Usai dihibur penampilan para juara tiga jenis lomba yaitu candaria punokawan, bercerita, dan pidato, acara dilanjutkan dengan dialog budaya. Pembicara adalah Hj Rina Iriani Sri Ratnaningsih (Bupati Karanganyar), Tyas Anggoro (Dewan Pengawas RRI Semarang), Dwi Pindharto (Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kab Banyumas), dan Sucipto Hadi Purnomo (budayawan Unnes).
“Pelajaran budi pekerti harus diikuti sikap untuk membentuk karakter generasi bangsa. Setidaknya, orangtua harus mampu memberi teladan yang baik kepada anak-anaknya,” ujar Rina Iriani.
Ditambahkan, orangtua juga harus sadar, memiliki tanggung jawab ngemong anak-anaknya untuk menjadi generasi yang berbudi pekerti luhur.
“Anak-anak sangat berharga, sehingga kita harus membimbingnya secara utuh. Salah satunya dengan mengenalkan nilai-nilai pancasila, kebudayaan, serta contoh yang baik,” imbuhnya. (wse/nji)
Punakawan Cilik Tebar Budi Pekerti
Aksi punakawan siswa gabungan beberapa SD yang meraih juara pertama lomba candaria |
LAKON pewayangan masih memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan moral kepada masyarakat, terutama budi pekerti. Seperti yang dilakukan Sanggar Seni (SS) Yasa Budaya, yang diperkuat beberapa siswa SD di antaranya SDN Plamongansari 2 Semarang. Mereka tampil dalam sarasehan budaya dan gathering di Radio Republik Indonesia (RRI) Semarang, kemarin (28/11).
Pelatih SS Yasa Budaya Widayat mengatakan, anak-anak asuhannya mengusung tema pemahaman nilai-nilai pancasila, terutama sila kedua dan kelima berisi pentingnya hidup bersosial berlandaskan budi pekerti yang baik.
“Kesenian Jawa itu kan sarat dengan simbol-simbol yang mengajak untuk melakukan budi pekerti yang baik. Terutama saling menghargai antarsesama manusia, istilahnya nguwongke,” ujar Widayat usai pertunjukan.
Keempat pelakon punakawan yaitu Ki Semar Bodronoyo, Petruk, Gareng, dan Bagong itu diperankan siswa SD. Mereka adalah Natael Christine Dias Putra, Agil Ridho Erli Dewanta, Alfarul Riski Miftahudin, dan Rizkika Arya Purbaya Putra .
Karena keluaguannya membawa pesan melalui candaria, mereka dinobatkan sebagai juara I pada lomba candaria punakawan tingkat SD. “Di acara sarasehan budaya ini kami diberi waktu untuk pentas sekaligus menerima hadiah,” lanjut Widayat yang juga sutradara kelompok Wayang Wong Ngesti Pandowo ini.
Usai dihibur penampilan para juara tiga jenis lomba yaitu candaria punokawan, bercerita, dan pidato, acara dilanjutkan dengan dialog budaya. Pembicara adalah Hj Rina Iriani Sri Ratnaningsih (Bupati Karanganyar), Tyas Anggoro (Dewan Pengawas RRI Semarang), Dwi Pindharto (Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kab Banyumas), dan Sucipto Hadi Purnomo (budayawan Unnes).
“Pelajaran budi pekerti harus diikuti sikap untuk membentuk karakter generasi bangsa. Setidaknya, orangtua harus mampu memberi teladan yang baik kepada anak-anaknya,” ujar Rina Iriani.
Ditambahkan, orangtua juga harus sadar, memiliki tanggung jawab ngemong anak-anaknya untuk menjadi generasi yang berbudi pekerti luhur.
“Anak-anak sangat berharga, sehingga kita harus membimbingnya secara utuh. Salah satunya dengan mengenalkan nilai-nilai pancasila, kebudayaan, serta contoh yang baik,” imbuhnya. (wse/nji)
10.00
Salah satu upaya yang dilakukan yaitu alumni diminta menjadi pelatih eskul, terutama hizbul waton (kepramukaan). “Ada yang saat ini duduk di bangku SMA, namun tidak sedikit pula yang sudah bekerja dan berkeluarga,” jelasnya.
Namun meskipun diminta secara sukarela, para alumni melakukannya dengan sungguh-sungguh dan ikhlas. “Itu yang membuat kami terharu. Karena pengabdian mereka sangat meringankan beban sekolah,” kata dia.
Hizbul waton atau pramuka yang merupakan kegiatan andalan sekolah tersebut selama ini memang menjadi kegiatan yang paling diminati. “Bahkan siswa kelas tiga yang mestinya sudah harus bebas dari segala kegiatan ekstrakurikuler, masih ada yang ikut,” terangnya.
Namun demikian, pihak sekolah tidak mempermasalahkan. “Selama mereka bisa mengatur waktu dengan baik antara kegiatan ekstrakurikuler dengan belajar saya kira kami tidak perlu melarang,” tandasnya.
Dikatakan, kegiatan hizbul waton ini juga menjadi kegiatan yang wajib diikuti oleh siswa kelas VII. “Dengan mengikuti kegiatan ini, kami lebih mudah untuk mengatur kedisiplinan siswa. Karena memang sangat terlihat, para siswa yang aktif dalam kegiatan ini dengan yang tidak aktif,” terangnya.
Dijelaskan, untuk kegiatan ini para siswa diminta untuk latihan satu kali dalam seminggu. “Hingga saat ini tidak ada kendala yang berarti, baik itu dari siswa sendiri maupun dari fasilitasnya,” kata dia.
Tak hanya hizbul waton yang menjadi kegiatan ekstrakurikuler andalan sekolah. “Ada juga pencak silat tapak suci. Kalau tapak suci, pengajarnya dari Muhammadiyah Kota Semarang. Eskul juga banyak diikuti siswa,” jelasnya.
Dia berharap para siswa bisa mempertahankan prestasi kegiatan eskul. “Tidak hanya itu, saya juga ingin agar kegiatan lebih diperluas. Karena kami sadar, dengan kegiatan yang saat ini ada saja, , belum semua potensi anak bisa tergali dengan baik,” jelasnya.(awi/nji)
Libatkan Alumni untuk Melatih Eskul
Siswa SMP Muhammadiyah 03 Semarang tengah berolahraga di halaman sekolah |
HUBUNGAN yang baik antara alumni dengan sekolah harus terus dipelihara. Demikian dikatakan Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 03 Semarang, Suparjo kepada Harsem saat ditemui di ruang kerjanya, beberapa waktu lalu.
Salah satu upaya yang dilakukan yaitu alumni diminta menjadi pelatih eskul, terutama hizbul waton (kepramukaan). “Ada yang saat ini duduk di bangku SMA, namun tidak sedikit pula yang sudah bekerja dan berkeluarga,” jelasnya.
Namun meskipun diminta secara sukarela, para alumni melakukannya dengan sungguh-sungguh dan ikhlas. “Itu yang membuat kami terharu. Karena pengabdian mereka sangat meringankan beban sekolah,” kata dia.
Hizbul waton atau pramuka yang merupakan kegiatan andalan sekolah tersebut selama ini memang menjadi kegiatan yang paling diminati. “Bahkan siswa kelas tiga yang mestinya sudah harus bebas dari segala kegiatan ekstrakurikuler, masih ada yang ikut,” terangnya.
Namun demikian, pihak sekolah tidak mempermasalahkan. “Selama mereka bisa mengatur waktu dengan baik antara kegiatan ekstrakurikuler dengan belajar saya kira kami tidak perlu melarang,” tandasnya.
Dikatakan, kegiatan hizbul waton ini juga menjadi kegiatan yang wajib diikuti oleh siswa kelas VII. “Dengan mengikuti kegiatan ini, kami lebih mudah untuk mengatur kedisiplinan siswa. Karena memang sangat terlihat, para siswa yang aktif dalam kegiatan ini dengan yang tidak aktif,” terangnya.
Dijelaskan, untuk kegiatan ini para siswa diminta untuk latihan satu kali dalam seminggu. “Hingga saat ini tidak ada kendala yang berarti, baik itu dari siswa sendiri maupun dari fasilitasnya,” kata dia.
Tak hanya hizbul waton yang menjadi kegiatan ekstrakurikuler andalan sekolah. “Ada juga pencak silat tapak suci. Kalau tapak suci, pengajarnya dari Muhammadiyah Kota Semarang. Eskul juga banyak diikuti siswa,” jelasnya.
Dia berharap para siswa bisa mempertahankan prestasi kegiatan eskul. “Tidak hanya itu, saya juga ingin agar kegiatan lebih diperluas. Karena kami sadar, dengan kegiatan yang saat ini ada saja, , belum semua potensi anak bisa tergali dengan baik,” jelasnya.(awi/nji)
Label:
Ekskul
09.56
Nur Wahid meminta molornya BOS jangan dipolitisir. Diharapkan Pemda meluangkan waktu untuk melakukan koordinasi ke pusat terkait keterlambatan dana BOS. Karena sudah banyak sekolah menunggu pencairannya. Bahkan sebagian sekolah sudah ngutang untuk mencukupi biaya operasional.
Lanjutnya, dewan meminta Pemda juga membenahi sisi teknis BOS, termasuk laporan penggunaan dana oleh sekolah. Jangan sampai hasil opini pemeriksaan BPK tahun 2010, yaitu disclaimer kembali terjadi di Demak.
Total dana BOS Demak untuk SD sederajat Rp 41,59 miliar dan SMP sederajat Rp 14,52 miliar. Seharusnya, dana BOS triwulan IV sudah cair pertengahan Oktober lalu, namun sampais ekarang belum.
Penanggung jawab BOS Dindikpora, Sugiarto, menjelaskan penyebab molornya dana BOS akibat perbedaan konsep ‘tahun anggaran’ dan ‘tahun pelajaran’
Kebijakan tahun 2011, pencairan BOS dari pusat langsung ke pemkab/pemkot. Namun ada persoalan di Bendara Umum Pemerintah Pusat dengan Bendahara Umum Pemerintah Daerah terkait data penerima dana BOS yang sifatnya dinamis.
"Saat tahun ajaran baru, terjadi tambah-kurang jumlah siswa. Butuh waktu panjang untuk merevisi data tersebut, karena pemerintah pusat harus melayani perubahan penerima BOS dari ratusan kabupaten dan kota se-Indonesia," jelas Sugiarto, di ruang kerjanya, kemarin.
Ada usulan dari Mendiknas, mekanisme pencairan BOS akan dikembalikan melalui provinsi masing-masing, seperti tahun 2010 lalu. Langkah ini, menurutnya, akan menimimalkan potensi terjadinya keterlambatan. (swi/nji)
BOS di Demak Juga Molor
Sugiarto |
MOLORNYA pencairan dana BOS triwulan IV juga terjadi di Demak. Sebelumnya diberitakan, dana BOS di Kota Semarang dan Kabupaten Semarang mengalami keterlambatan. Menurut Sekretaris Komisi D DPRD Demak, Nur Wahid, molornya pencairan dana BOS merupakan kejadian klasik. Selalu terjadi tiap tahun, sehingga seharusnya bisa dilakukan evaluasi dan dicarikan solusinya. "Molornya BOS terkait perbedaan konsep tahun anggaran di APBD dan tahun ajaran di sekolah. Namun hal ini seharusnya sudah terprediksi sejak awal," tegasnya, kemarin.
Nur Wahid meminta molornya BOS jangan dipolitisir. Diharapkan Pemda meluangkan waktu untuk melakukan koordinasi ke pusat terkait keterlambatan dana BOS. Karena sudah banyak sekolah menunggu pencairannya. Bahkan sebagian sekolah sudah ngutang untuk mencukupi biaya operasional.
Lanjutnya, dewan meminta Pemda juga membenahi sisi teknis BOS, termasuk laporan penggunaan dana oleh sekolah. Jangan sampai hasil opini pemeriksaan BPK tahun 2010, yaitu disclaimer kembali terjadi di Demak.
Total dana BOS Demak untuk SD sederajat Rp 41,59 miliar dan SMP sederajat Rp 14,52 miliar. Seharusnya, dana BOS triwulan IV sudah cair pertengahan Oktober lalu, namun sampais ekarang belum.
Penanggung jawab BOS Dindikpora, Sugiarto, menjelaskan penyebab molornya dana BOS akibat perbedaan konsep ‘tahun anggaran’ dan ‘tahun pelajaran’
Kebijakan tahun 2011, pencairan BOS dari pusat langsung ke pemkab/pemkot. Namun ada persoalan di Bendara Umum Pemerintah Pusat dengan Bendahara Umum Pemerintah Daerah terkait data penerima dana BOS yang sifatnya dinamis.
"Saat tahun ajaran baru, terjadi tambah-kurang jumlah siswa. Butuh waktu panjang untuk merevisi data tersebut, karena pemerintah pusat harus melayani perubahan penerima BOS dari ratusan kabupaten dan kota se-Indonesia," jelas Sugiarto, di ruang kerjanya, kemarin.
Ada usulan dari Mendiknas, mekanisme pencairan BOS akan dikembalikan melalui provinsi masing-masing, seperti tahun 2010 lalu. Langkah ini, menurutnya, akan menimimalkan potensi terjadinya keterlambatan. (swi/nji)
Label:
BOS,
Dinas Pendidikan,
Guru,
SD
09.50
Perjuangan trio beranggota Nadwa Izza Azuma (11), Salma Tyas Salsabila (11), dan Zaky Fadlurrahman (11) dalam menggapai kemenangan ini terbilang cukup berat. Selain harus melewati seleksi tingkat kecamatan, pada lomba tingkat kota mereka juga harus berjuang keras menyisihkan 15 tim lain.
Mewakili kedua rekannya, Salma Tyas Salsabila mengungkapkan, pada awalnya ia tidak yakin bisa memenangi lomba yang mengujikan mata pelajaran IPA, bahasa Indonesia, dan matematika tersebut. Ketika babak penyisihan berlangsung, Ia dan kedua rekannya mengaku sempat minder dengan keberadaan tim dari sekolah favorit yang tampil mewakili kecamatan masing-masing.
“Namun perasaan minder berhasil kami tepis ketika kami melihat perjuangan tim SDN Sambirejo 02 berhadapan dengan tim SD Internasional. Dengan semangat dan kegigihannya, ternyata mereka (SDN Sambirejo 02) bisa menyisihkan sekolah favorit yang terkenal pinter-pinter,” bebernya.
Salma mengakui, dari situlah timnya termotivasi untuk memenangkan perlombaan. Kemenangan SDN Sambirejo 02, ia katakan, merupakan bukti bahwa prestasi tidak selamanya didominasi sekolah favorit atau bertaraf internasional sekalipun.
“Dari situ, kami memantapkan diri. Meski berasal dari sekolah biasa namun kami harus tampil luar biasa. Jika kami yakin, maka kemenangan pasti bisa kami raih. Motivasi itulah yang terus kami tanamkan selama menjalani babak demi babak hingga berhasil menjadi juara pertama,” ucap Salma.
Dari kemenangan itu, ketiga siswa kela V tersebut akan mewakili Kota Semarang pada ajang LCC tingkat provinsi. Meski lomba tingkat provinsi belum bisa dipastikan waktunya, saat ini mereka mengaku sudah mulai mempersiapkan diri.
“Sebagai wakil dari Kota Semarang, kami ingin mempersembahkan prestasi terbagus. Kami menargetkan menjadi juara pertama,” cetus Zaky.
Terkait prestasi anak didiknya ini, Kepala Sekolah SDN Tambakaji 04, Sunarto mengaku bangga. Dirinya juga sangat mengapresiasi semangat anak didiknya yang tidak minder dengan siswa dari sekolah favorit. “Kami berharap semangat mereka bisa menginspirasi siswa lainnya dalam meraih apa yang mereka cita-citakan. Itu bukti, jika yakin maka kita akan bisa meraihnya,” jelas Sunarto.
Menghadapi lomba tingkat provinsi, Sunorto mengaku, sudah mempersiapkan program tambahan khusus untuk ketiga anak didiknya. Dalam waktu dekat pihaknya akan mengundang ahli matematika untuk memberikan tambahan pelajaran tersebut. Sementara untuk mapel IPA dan bahasa Indenesia, tetap dipercayakan pada guru di sekolah tersebut.
“Kami melihat penguasaan matematika masih kurang. Makanya akan kami bantu dengan mendatangkan ahli dari luar sekolah. Kami berharap, mereka mampu mengharumkan nama baik Kota Semarang dan bisa menjadi juara,” tandasnya. (nji)
Sempat Minder tapi Akhirnya Juara
Dari kanan: Zaky Fadlurrahman, Salma Tyas Salsabila, dan Nadwa Izza Azuma berfoto di halaman sekolah |
SEMPAT merasa minder berhadapan dengan tim dari sekolah favorit, tim SDN Tambakaji 04 Semarang akhirnya meraih juara pertama lomba cerdas cermat (LCC) tingkat SD se-Kota Semarang yang digelar di SDN Taman Pekunden, 24-25 Nopember kemarin. Dengan kemenagan itu, SDN Tambakaji menjadi wakil Kota Semarang pada lomba tingkat provinsi.
Perjuangan trio beranggota Nadwa Izza Azuma (11), Salma Tyas Salsabila (11), dan Zaky Fadlurrahman (11) dalam menggapai kemenangan ini terbilang cukup berat. Selain harus melewati seleksi tingkat kecamatan, pada lomba tingkat kota mereka juga harus berjuang keras menyisihkan 15 tim lain.
Mewakili kedua rekannya, Salma Tyas Salsabila mengungkapkan, pada awalnya ia tidak yakin bisa memenangi lomba yang mengujikan mata pelajaran IPA, bahasa Indonesia, dan matematika tersebut. Ketika babak penyisihan berlangsung, Ia dan kedua rekannya mengaku sempat minder dengan keberadaan tim dari sekolah favorit yang tampil mewakili kecamatan masing-masing.
“Namun perasaan minder berhasil kami tepis ketika kami melihat perjuangan tim SDN Sambirejo 02 berhadapan dengan tim SD Internasional. Dengan semangat dan kegigihannya, ternyata mereka (SDN Sambirejo 02) bisa menyisihkan sekolah favorit yang terkenal pinter-pinter,” bebernya.
Salma mengakui, dari situlah timnya termotivasi untuk memenangkan perlombaan. Kemenangan SDN Sambirejo 02, ia katakan, merupakan bukti bahwa prestasi tidak selamanya didominasi sekolah favorit atau bertaraf internasional sekalipun.
“Dari situ, kami memantapkan diri. Meski berasal dari sekolah biasa namun kami harus tampil luar biasa. Jika kami yakin, maka kemenangan pasti bisa kami raih. Motivasi itulah yang terus kami tanamkan selama menjalani babak demi babak hingga berhasil menjadi juara pertama,” ucap Salma.
Dari kemenangan itu, ketiga siswa kela V tersebut akan mewakili Kota Semarang pada ajang LCC tingkat provinsi. Meski lomba tingkat provinsi belum bisa dipastikan waktunya, saat ini mereka mengaku sudah mulai mempersiapkan diri.
“Sebagai wakil dari Kota Semarang, kami ingin mempersembahkan prestasi terbagus. Kami menargetkan menjadi juara pertama,” cetus Zaky.
Terkait prestasi anak didiknya ini, Kepala Sekolah SDN Tambakaji 04, Sunarto mengaku bangga. Dirinya juga sangat mengapresiasi semangat anak didiknya yang tidak minder dengan siswa dari sekolah favorit. “Kami berharap semangat mereka bisa menginspirasi siswa lainnya dalam meraih apa yang mereka cita-citakan. Itu bukti, jika yakin maka kita akan bisa meraihnya,” jelas Sunarto.
Menghadapi lomba tingkat provinsi, Sunorto mengaku, sudah mempersiapkan program tambahan khusus untuk ketiga anak didiknya. Dalam waktu dekat pihaknya akan mengundang ahli matematika untuk memberikan tambahan pelajaran tersebut. Sementara untuk mapel IPA dan bahasa Indenesia, tetap dipercayakan pada guru di sekolah tersebut.
“Kami melihat penguasaan matematika masih kurang. Makanya akan kami bantu dengan mendatangkan ahli dari luar sekolah. Kami berharap, mereka mampu mengharumkan nama baik Kota Semarang dan bisa menjadi juara,” tandasnya. (nji)
Label:
lomba,
Pendidikan,
Prestasi,
SD
10.35
Dijelaskan, penataan ruang desa yang baik tentunya akan menimbulkan konsekuensi yag baik juga bagi perkotaaan. “Seperti terjadinya urbanisasi dikarenakan sedikitnya penyerapan SDM di kawasan desa daripada di kota,” ujarnya.
Dikatakan, pentaan ruang kawasan pedesaan harus dilakukan dengan kaidah ideal sehingga dapat menjadi kawasan agropolitan. “Agropolitan sendiri adalah konsep kawasan desa berkembang dan merupakan solusi dalam pengembangan kawasan desa. Dengan terbentuknya kawasan agropolitan maka akan ada akses dari produk masyarakat menuju ke pasar. Karena selama ini, jika kita lihat gagalnya program transmigrasi salah satunya adalah tidak adanya akses menuju pasar,” urainya.
Pembicara lain, dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Iwan Rudiarto mengatakan, tujuan pengembangan pedesaan adalah meningkatkan kualitas masyarakat desa.
“Konsep yang lebih khusus dari konsep rural development yang meliputi 3 dimensi yang terintegrasi. Yakni ekonomi, sosial, dan politik.Walaupun konsep pengembangan pedesaan mengalami transformasi dari waktu ke waktu akan tetapi aktivitas dominan dalam pengembangan pedesaan masih tetap pertanian," ujarnya.
Dikatakan, saat ini pengembangan pedesaan sudah bertransformasi ke arah yang lebih luas dan kompleks. “Sumber daya lahan masih merupakan faktor utama dalam pengembangan pedesaan di negara berkembang,” jelasnya.
Sementara itu, Bagian Hukum dan Perundang-undangan Kementerian Pekerjaan Umum, Wisnubroto Sarosa mengatakan bahwa konsep pengembangan agropolitan adalah pendekatan kawasan pedesaan yang sangat baik dan relevan bagi masyarakat.
“Agropolitan merupakan suatu pendekatan pembangunan kawasan perdesaan melalui upaya menumbuhkan kota-kota kecil berbasis pertanian sebagai bagian dari sistem perkotaan. Tujuannya, menciptakan pembangunan berimbang dan keterkaitan desa-kota yang sinergis dan pembangunan daerah,” kata dia.
Dirinya melanjutkan, penataan ruang harus dilakukan dengan tiga tahapan yakni perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
“Tujuan pengembangan agropolitan adalah menciptakan pembangunan desa-kota secara berimbang, meningkatkan keterkaitan desa-kota yang sinergis (saling memperkuat), mengembangkan ekonomi melalui upaya konsentrasi atau akumulasi nilai tambah di pedesaan berbasis aktivitas pertanian, pengembangan lingkungan permukiman perdesaan, diversifikasi dan perluasan basis peningkatan pendapatan dan kesejahteraan, menciptakan daerah yang lebih mandiri dan otonom,” tandasnya. (awi/nji)
Undip Usulkan Tata Ruang Agropolitan
Written By p3joeang45 on Senin, 28 November 2011 | 10.35
Imam Buchori (kiri) dan Agung Sugiri memaparkan konsep penataan kawasan pedesaan di Undip, pekan lalu. |
PENATAAN ruang di kawasan pedesaan sangat penting dan mendesak. Demikian ditegaskan Imam Buchori, Pembantu Dekan I Fakultas Teknik Undip dalam simposium Menuju Penataan Ruang Kawasan Pedesaan untuk Pengembangan Pedesaan Berkelanjutan di ruang seminar Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Undip, pekan lalu.
Dijelaskan, penataan ruang desa yang baik tentunya akan menimbulkan konsekuensi yag baik juga bagi perkotaaan. “Seperti terjadinya urbanisasi dikarenakan sedikitnya penyerapan SDM di kawasan desa daripada di kota,” ujarnya.
Dikatakan, pentaan ruang kawasan pedesaan harus dilakukan dengan kaidah ideal sehingga dapat menjadi kawasan agropolitan. “Agropolitan sendiri adalah konsep kawasan desa berkembang dan merupakan solusi dalam pengembangan kawasan desa. Dengan terbentuknya kawasan agropolitan maka akan ada akses dari produk masyarakat menuju ke pasar. Karena selama ini, jika kita lihat gagalnya program transmigrasi salah satunya adalah tidak adanya akses menuju pasar,” urainya.
Pembicara lain, dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Iwan Rudiarto mengatakan, tujuan pengembangan pedesaan adalah meningkatkan kualitas masyarakat desa.
“Konsep yang lebih khusus dari konsep rural development yang meliputi 3 dimensi yang terintegrasi. Yakni ekonomi, sosial, dan politik.Walaupun konsep pengembangan pedesaan mengalami transformasi dari waktu ke waktu akan tetapi aktivitas dominan dalam pengembangan pedesaan masih tetap pertanian," ujarnya.
Dikatakan, saat ini pengembangan pedesaan sudah bertransformasi ke arah yang lebih luas dan kompleks. “Sumber daya lahan masih merupakan faktor utama dalam pengembangan pedesaan di negara berkembang,” jelasnya.
Sementara itu, Bagian Hukum dan Perundang-undangan Kementerian Pekerjaan Umum, Wisnubroto Sarosa mengatakan bahwa konsep pengembangan agropolitan adalah pendekatan kawasan pedesaan yang sangat baik dan relevan bagi masyarakat.
“Agropolitan merupakan suatu pendekatan pembangunan kawasan perdesaan melalui upaya menumbuhkan kota-kota kecil berbasis pertanian sebagai bagian dari sistem perkotaan. Tujuannya, menciptakan pembangunan berimbang dan keterkaitan desa-kota yang sinergis dan pembangunan daerah,” kata dia.
Dirinya melanjutkan, penataan ruang harus dilakukan dengan tiga tahapan yakni perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
“Tujuan pengembangan agropolitan adalah menciptakan pembangunan desa-kota secara berimbang, meningkatkan keterkaitan desa-kota yang sinergis (saling memperkuat), mengembangkan ekonomi melalui upaya konsentrasi atau akumulasi nilai tambah di pedesaan berbasis aktivitas pertanian, pengembangan lingkungan permukiman perdesaan, diversifikasi dan perluasan basis peningkatan pendapatan dan kesejahteraan, menciptakan daerah yang lebih mandiri dan otonom,” tandasnya. (awi/nji)
Label:
Perguruan Tinggi,
UNDIP
10.29
Pada acara penutupan, diumumkan hasil lomba cerpen yang ikuti 43 peserta dan lomba musikalisasi puisi yang diikuti empat kelompok. Juara pertama hingga ketiga untuk lomba cerpen adalah Uun Kurniati dengan cerpen berjudul Simbol, Iftitah Ratna dengan cerpen Cungklang, dan Abu dengan cerpen Kangen. Sedangkan pada musikalisasi puisi, Amry Rasyadany dan kawan-kawannya tampil memikat dan berhasil memenangi lomba.
Juri lomba adalah Uum Qomariyah dan Burhanudin, keduanya dosen Jurusan Bahasa dan sastra Indonesia, dan Andi dari kalangan jurnalis. (nji)
Komunitas Godhong Pungkasi Semarak Sastra
![]() |
Penampilan Komunitas Godhong dalam Gelar Seni Sastra Unnes |
PENAMPILAN Komunitas Godhong menjadi pemuncak acara Gelar Seni Sastra yang diadakan Himpunan Mahasiswa (Hima) Jurusan bahasa dan Sastra Indonesia Sabtu (26/11). Selain Godhong, acara di Laboratorium Teater Usmar Ismail Unnes itu juga dimeriahkan pertunjukkan dari Teater SS dan Tetater Cakra.
Pada acara penutupan, diumumkan hasil lomba cerpen yang ikuti 43 peserta dan lomba musikalisasi puisi yang diikuti empat kelompok. Juara pertama hingga ketiga untuk lomba cerpen adalah Uun Kurniati dengan cerpen berjudul Simbol, Iftitah Ratna dengan cerpen Cungklang, dan Abu dengan cerpen Kangen. Sedangkan pada musikalisasi puisi, Amry Rasyadany dan kawan-kawannya tampil memikat dan berhasil memenangi lomba.
Juri lomba adalah Uum Qomariyah dan Burhanudin, keduanya dosen Jurusan Bahasa dan sastra Indonesia, dan Andi dari kalangan jurnalis. (nji)
Label:
hiburan,
Mahasiswa,
Perguruan Tinggi
12.42
Pembantu Rektor III, Warsito SU mengatakan bahwa dengan ekspo ukm ini diharapkan mahasiswa baru dapat memanfaatkan dengan baik untuk mengembangkan potensi dirinya karena mereka bisa memilih ukm yang cocok dengan potensi masing-masing.
“Sekarang ini dalam dunia kerja yang dibutuhkan tidak hanya kepandaian saja tapi juga softskill. Dengan mengikuti UKM yang ada maka softskill mereka diharapkan dapat terasah dengan baik,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua UKM Teater Diponegoro, Niki Hapsari mengatakan bahwa dengan adanya UKM ekspo seperti ini maka diharapkan mahasiswa dapat berorganisasi dan meningkatkan kemampuan mereka di luar bidang akademis.
"UKM Teater Diponegoro sendiri menampung mahasiswa baik yang berprestasi dan yang tidak berprestasi sama sekali. Karena kami berkeyakinan bahwa jika sebuah UKM hanya menerima mahasiswa yang memiliki keterampilan lalu bagaimana dengan mahasiswa yang tidak memiliki keterampilan sama sekali? padahal mereka semua memiliki potensi sukses yang sama," paparnya.
Dijelaskan, dalam berteater, mahasiswa baru akan diajarkan tentang bagaimana beradaptasi dengan mengenal dirinya sendiri, mengenal orang lain dan lingkungan, selain itu akan dilatih juga untuk menjadi lebih percaya diri untuk tampil di depan umum.
“Dari yang pemalu menjadi pemberani dari yang pemberani menjadi lebih hebat. hal ini tentu akan meningkatkan juga nilai jual mahasiswa ketika mereka nanti lulus dan mencari pekerjaan," imbuhnya.
Selanjutnya, dikatakan, berteater sendiri akan menempa mental mahasiswa dan menumbuhkan semangat kebersamaan. “Sebenarnya berkegiatan apapun itu sama saja yang membedakan adalah bagaimana kita bisa mengambil manfaat dan sisi-sisi positif dari kegiatan yang kita ikuti," tandasnya. (awi/nji)
Meriah, Ukm Ekspo di Undip
Written By ericadventure on Jumat, 25 November 2011 | 12.42
Para pegiat UKM Teater Undip menampilkan seni instalasi dalam UKM Ekspo |
UNIVERSITAS Diponegoro mengadakan KM Ekspo pada Selasa (22/11) hingga Rabu (23/11) lalu bertempat di Gedung Prof Sudharto Tembalang. UKM Ekspo diikuti 37 unit kegiatan mahasiswa se-Undip. UKM yang mengikuti ekspo antara lain BEM KM, Teater Diponegoro, Prisma, PSM, Racana, serta Menwa.
Pembantu Rektor III, Warsito SU mengatakan bahwa dengan ekspo ukm ini diharapkan mahasiswa baru dapat memanfaatkan dengan baik untuk mengembangkan potensi dirinya karena mereka bisa memilih ukm yang cocok dengan potensi masing-masing.
“Sekarang ini dalam dunia kerja yang dibutuhkan tidak hanya kepandaian saja tapi juga softskill. Dengan mengikuti UKM yang ada maka softskill mereka diharapkan dapat terasah dengan baik,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua UKM Teater Diponegoro, Niki Hapsari mengatakan bahwa dengan adanya UKM ekspo seperti ini maka diharapkan mahasiswa dapat berorganisasi dan meningkatkan kemampuan mereka di luar bidang akademis.
"UKM Teater Diponegoro sendiri menampung mahasiswa baik yang berprestasi dan yang tidak berprestasi sama sekali. Karena kami berkeyakinan bahwa jika sebuah UKM hanya menerima mahasiswa yang memiliki keterampilan lalu bagaimana dengan mahasiswa yang tidak memiliki keterampilan sama sekali? padahal mereka semua memiliki potensi sukses yang sama," paparnya.
Dijelaskan, dalam berteater, mahasiswa baru akan diajarkan tentang bagaimana beradaptasi dengan mengenal dirinya sendiri, mengenal orang lain dan lingkungan, selain itu akan dilatih juga untuk menjadi lebih percaya diri untuk tampil di depan umum.
“Dari yang pemalu menjadi pemberani dari yang pemberani menjadi lebih hebat. hal ini tentu akan meningkatkan juga nilai jual mahasiswa ketika mereka nanti lulus dan mencari pekerjaan," imbuhnya.
Selanjutnya, dikatakan, berteater sendiri akan menempa mental mahasiswa dan menumbuhkan semangat kebersamaan. “Sebenarnya berkegiatan apapun itu sama saja yang membedakan adalah bagaimana kita bisa mengambil manfaat dan sisi-sisi positif dari kegiatan yang kita ikuti," tandasnya. (awi/nji)
12.38
“Karena ada siswa yang tidak mampu, untuk itu memerlukan bantuan dari teman lain,” jelasnya kepada Harsem saat ditemui di ruang kerjanya, beberapa waktu lalu.
Dijelaskan, sejauh ini sistem tersebut berjalan sangat efektif. “Bahkan orangtua siswa sangat mendukung, terutama orangtua siswa dari mereka yang harus membayar dalam jumlah banyak,” jelasnya.
Dikatakan, biaya yang harus dibayarkan oleh siswa yaitu Rp 150 ribu. “Namun banyak juga yang gratis. Biasanya sebelum mendaftar, mereka juga mengajukan surat keterangan miskin. Selanjutnya kami mengajukan surat tersebut kepada pihak yayasan, jika sudah disetujui baru boleh masuk,” paparnya.
Selain itu, upaya yang dilakukan sekolah yaitu mencarikan orangtua asuh. “Orangtua asuh yaitu yang mau bertanggung jawab atas kebutuhan siswa kurang mampu,” jelasnya.
Dikatakan, biasanya mereka tidak kenal satu sama lain. “Jadi orangtua asuh tidak kenal dengan siswa yang harus mereka tanggung biayanya. demikian juga dengan siswa yang bersangkutan,” jelasnya.
Hal itu dikarenakan orangtua asuh kebanyakan tidak mau terlalu diekspos. “Mereka hanya ingin membantu tanpa perlu digembar-gemborkan. Bahkan, tanpa sepengetahuan orangtua dari siswa yang bersangkutan kami mencarikan orangtua asuh untuk anaknya. Kami khawatir kalau orangtua siswa tahu, nanti malah jadi rendah diri,” kata dia.
Namun ada juga orangtua siswa yang sebelum mendaftarkan anak mereka mengatakan, mereka kurang mampu jika harus membayar biaya sekolah dalam jumlah banyak. “Biasanya ada penawaran dari sekolah, mereka mampunya bayar berapa. Kalau sudah sama-sama setuju, baru kemudian kekurangan siswa kami ambilkan dari subsidi silang tersebut,” urainya.
Kondisi tersebut biasa terjadi mengingat letak sekolah yang berada di sekitar perkampungan padat penduduk. “Sebetulnya yang bersekolah di sini bukan hanya dari siswa yang berasal dari lingkungan sekitar saja, namun ada juga yang berasal dari daerah Jatingaleh dan Tanah Putih,” jelasnya.
Dijelaskan, dari 72 siswa yang dimiliki sekolah, hampir sebagian di antaranya berasal dari keluarga kurang mampu. (awi/nji)
TK ABA 30 Semarang Terapkan Sistem Subsidi Silang
Gedung TK ABA 30 Semarang |
LANTARAN latar belakang ekonomi siswa bervariasi, TK ABA 30 Semarang menerapkan strategi subdisi silang. Salah satu guru, Sri Handayani mewakili Kepala TK, Wasiatun mengatakan sistem sudah sejak dulu diterapkan di sekolahnya.
“Karena ada siswa yang tidak mampu, untuk itu memerlukan bantuan dari teman lain,” jelasnya kepada Harsem saat ditemui di ruang kerjanya, beberapa waktu lalu.
Dijelaskan, sejauh ini sistem tersebut berjalan sangat efektif. “Bahkan orangtua siswa sangat mendukung, terutama orangtua siswa dari mereka yang harus membayar dalam jumlah banyak,” jelasnya.
Dikatakan, biaya yang harus dibayarkan oleh siswa yaitu Rp 150 ribu. “Namun banyak juga yang gratis. Biasanya sebelum mendaftar, mereka juga mengajukan surat keterangan miskin. Selanjutnya kami mengajukan surat tersebut kepada pihak yayasan, jika sudah disetujui baru boleh masuk,” paparnya.
Selain itu, upaya yang dilakukan sekolah yaitu mencarikan orangtua asuh. “Orangtua asuh yaitu yang mau bertanggung jawab atas kebutuhan siswa kurang mampu,” jelasnya.
Dikatakan, biasanya mereka tidak kenal satu sama lain. “Jadi orangtua asuh tidak kenal dengan siswa yang harus mereka tanggung biayanya. demikian juga dengan siswa yang bersangkutan,” jelasnya.
Hal itu dikarenakan orangtua asuh kebanyakan tidak mau terlalu diekspos. “Mereka hanya ingin membantu tanpa perlu digembar-gemborkan. Bahkan, tanpa sepengetahuan orangtua dari siswa yang bersangkutan kami mencarikan orangtua asuh untuk anaknya. Kami khawatir kalau orangtua siswa tahu, nanti malah jadi rendah diri,” kata dia.
Namun ada juga orangtua siswa yang sebelum mendaftarkan anak mereka mengatakan, mereka kurang mampu jika harus membayar biaya sekolah dalam jumlah banyak. “Biasanya ada penawaran dari sekolah, mereka mampunya bayar berapa. Kalau sudah sama-sama setuju, baru kemudian kekurangan siswa kami ambilkan dari subsidi silang tersebut,” urainya.
Kondisi tersebut biasa terjadi mengingat letak sekolah yang berada di sekitar perkampungan padat penduduk. “Sebetulnya yang bersekolah di sini bukan hanya dari siswa yang berasal dari lingkungan sekitar saja, namun ada juga yang berasal dari daerah Jatingaleh dan Tanah Putih,” jelasnya.
Dijelaskan, dari 72 siswa yang dimiliki sekolah, hampir sebagian di antaranya berasal dari keluarga kurang mampu. (awi/nji)
12.32
Sekretaris Aptisi Jateng, Prof Y Sutomo mengatakan, pihaknya telah selesai melakukan kajian terhadap RUU PT. Dari kajian itu, Aptisi Jateng berhasil merumuskan beberapa hal yang harus diperhatikan pemerintah. Di antaranya belum tercantumnya sanksi tegas bagi PTN yang melanggar atau mengabaikan ketentuan penerimaan mahasiswa baru dari keluarga miskin.
“Dalam RUU memang tercamtum bahwa PTN wajib menerima calon mahasiswa dari kalangan kurang mampu secara ekonomi dengan prestasi yang baik paling sedikit 20% dari mahasiswa baru. Tapi seperti apa sanksinya jika ada PTN yang mengabaikan, belum ada,” cetusnya, saat ditemui di kampus Unisbank Semarang, kemarin (23/11).
Dalam RUU PT, ia melanjutkan, memang terdapat bab yang mengatur tindakan pidana. Namun di dalamnya sama sekali tidak ada ketentuan sanksi bagi PTN yang mengabaikan ketentuan kuota penerimaan mahasiswa miskin.
Dua pasal yang ada dalam itu, yaitu pasal 94 dan pasal 95, dikatakannya, hanya mengatur sanksi pidana bagi penyelenggaraan pendidikan tanpa izin dan pengalihan kepemilikan kekayaan perguruan tinggi untuk kepentingan pribadi.
“Maka dari itu, kami mengusulkan melalui Aptisi Pusat agar pelanggaran ketentuan kuota peneriamaan mahasiswa miskin di PTN juga diatur dalam ketentuan pidana itu. Sehingga jelas sanksi apa yang bisa diberikan kepada PTN yang melanggar ketentuan tersebut,” tegasnya.
Adanya sanksi pidana, ia jelaskan, paling tidak bisa memberikan dorongan kepada PTN untuk serius memperhatikan nasib calon mahasiswa baru berprestasi dari kalangan kurang mampu.
Selain masalah ketentuan pidana, Sutomo melanjutkan, Aptisi Jateng juga memberikan masukan agar PTN dalam pembukaan program studi (prodi) diwajibkan membuka program studi yang dapat meningkatkan kemampuan negara. Misalnya ilmu-ilmu kelautan, pelayaran, perikanan, perikanan, atau ilmu-ilmu lain yang peminatnya sedikit tapi mempunyai nilai strategis bagi bagsa dan negari ini.
“Bukannya PTN malah membuka prodi yang sudah dikembangkan oleh PTS. Itu sama saja membunuh PTS,” tandas ia yang juga sebagai Ketua Yayasan Pembina Amindo Semarang itu.(sna/nji)
Abaikan Mahasiswa Miskin, PTN Harus Dipidana
Prof Y Sutomo |
RANCANGAN Undang-undang Perguruan Tinggi (RUU PT) yang saat ini sedang digodok pemerintah dan DPR dinilai belum mencantumkan sanksi bagi perguruan tinggi negeri (PTN) yang mengabaikan kewajiban menerima mahasiswa miskin. Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Jateng mengusulkan agar pelanggar dikenai sanksi pidana.
Sekretaris Aptisi Jateng, Prof Y Sutomo mengatakan, pihaknya telah selesai melakukan kajian terhadap RUU PT. Dari kajian itu, Aptisi Jateng berhasil merumuskan beberapa hal yang harus diperhatikan pemerintah. Di antaranya belum tercantumnya sanksi tegas bagi PTN yang melanggar atau mengabaikan ketentuan penerimaan mahasiswa baru dari keluarga miskin.
“Dalam RUU memang tercamtum bahwa PTN wajib menerima calon mahasiswa dari kalangan kurang mampu secara ekonomi dengan prestasi yang baik paling sedikit 20% dari mahasiswa baru. Tapi seperti apa sanksinya jika ada PTN yang mengabaikan, belum ada,” cetusnya, saat ditemui di kampus Unisbank Semarang, kemarin (23/11).
Dalam RUU PT, ia melanjutkan, memang terdapat bab yang mengatur tindakan pidana. Namun di dalamnya sama sekali tidak ada ketentuan sanksi bagi PTN yang mengabaikan ketentuan kuota penerimaan mahasiswa miskin.
Dua pasal yang ada dalam itu, yaitu pasal 94 dan pasal 95, dikatakannya, hanya mengatur sanksi pidana bagi penyelenggaraan pendidikan tanpa izin dan pengalihan kepemilikan kekayaan perguruan tinggi untuk kepentingan pribadi.
“Maka dari itu, kami mengusulkan melalui Aptisi Pusat agar pelanggaran ketentuan kuota peneriamaan mahasiswa miskin di PTN juga diatur dalam ketentuan pidana itu. Sehingga jelas sanksi apa yang bisa diberikan kepada PTN yang melanggar ketentuan tersebut,” tegasnya.
Adanya sanksi pidana, ia jelaskan, paling tidak bisa memberikan dorongan kepada PTN untuk serius memperhatikan nasib calon mahasiswa baru berprestasi dari kalangan kurang mampu.
Selain masalah ketentuan pidana, Sutomo melanjutkan, Aptisi Jateng juga memberikan masukan agar PTN dalam pembukaan program studi (prodi) diwajibkan membuka program studi yang dapat meningkatkan kemampuan negara. Misalnya ilmu-ilmu kelautan, pelayaran, perikanan, perikanan, atau ilmu-ilmu lain yang peminatnya sedikit tapi mempunyai nilai strategis bagi bagsa dan negari ini.
“Bukannya PTN malah membuka prodi yang sudah dikembangkan oleh PTS. Itu sama saja membunuh PTS,” tandas ia yang juga sebagai Ketua Yayasan Pembina Amindo Semarang itu.(sna/nji)
Label:
Mahasiswa,
Perguruan Tinggi
12.28
Banyak sekolah dasar bahkan TK yang sudah menjadikan komputer sebagai ekstrakurikuler sekolah. Namun tak sedikit juga yang belum, karena belum memiliki perangkat yang dibutuhkan.
Salah satu yang belum mengadakan eskul komputer adalah SDN Sampangan 01 Semarang. Kepala Sekolah Mursiti mengatakan, sebetulnya banyak siswa yang ingin belajar komputer melalui sekolah. “Untuk itu kami berencana untuk bekerjasama dengan lembaga komputer dalam rangka kegiatan eskul komputer ini,” jelasnya kepada Harsem saat ditemui di ruang kerjanya, pekan lalu.
Namun untuk menghindari kesalahpahaman dengan orangtua siswa, pihak sekolah sudah lebih dulu melakukan sosialisasi. “Sejauh ini sudah ada 31 siswa yang rencananya mau ikut kegiatan komputer ini, kami berharap bisa bertambah,” kata dia.
Hingga saat ini, meskipun kerjasama masih dalam proses, namun Mursiti mengatakan, sudah ada ruang yang nantinya bisa digunakan untuk kegiatan komputer ini. “Letaknya di lantai dua, di atas ruang kepala sekolah. semoga nanti bisa dimanfaatkan dengan baik,” sambungnya.
Sejauh ini, ruangan memang digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler para siswa. “Terutama untuk tari, karena tari memang butuh ruangan khusus,” terangnya.
Dijelaskan, untuk semua kegiatan ekstrakurikuler, pihak sekolah mendatangkan guru dari luar. “Kami ingin para siswa dibimbing oleh guru yang memahami betul bidang mereka masing-masing. Pembayarannya dengan menggunakan dana BOS,” terangnya.
Sementara itu, kegiatan pramuka ini, pramuka siaga dilatih oleh pelatih dari luar sekolah. “Sedangkan untuk penggalang dari guru sini, kebetulan ada juga yang aktif di bidang pramuka,” terangnya.
Dijelaskan, sejauh ini tidak ada kendala berarti terkait dengan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler ini. “Ruang sudah ada, semoga pengadaan komputer bisa berjalan dengan lancar, dan anak-anak yang ikut juga banyak. Karena kemampuan merekqa dalam hal komputer sangat diperlukan, salah satunya untuk mempersiapkan diri masuk di SMP kelak,” kata dia. (awi/nji)
SDN Sampangan 01 Semarang (upper) Berencana Adakan Eskul Komputer
Sejumlah siswa tengah beraktivitas di halaman SDN Sampangan 01 Semarang |
KOMPUTER bukan lagi piranti yang hanya dikuasi orang dewasa. Namun kemampuan untuk mengoperasi komputer juga sudah harus dikuasai oleh siswa sedini mungkin.
Banyak sekolah dasar bahkan TK yang sudah menjadikan komputer sebagai ekstrakurikuler sekolah. Namun tak sedikit juga yang belum, karena belum memiliki perangkat yang dibutuhkan.
Salah satu yang belum mengadakan eskul komputer adalah SDN Sampangan 01 Semarang. Kepala Sekolah Mursiti mengatakan, sebetulnya banyak siswa yang ingin belajar komputer melalui sekolah. “Untuk itu kami berencana untuk bekerjasama dengan lembaga komputer dalam rangka kegiatan eskul komputer ini,” jelasnya kepada Harsem saat ditemui di ruang kerjanya, pekan lalu.
Namun untuk menghindari kesalahpahaman dengan orangtua siswa, pihak sekolah sudah lebih dulu melakukan sosialisasi. “Sejauh ini sudah ada 31 siswa yang rencananya mau ikut kegiatan komputer ini, kami berharap bisa bertambah,” kata dia.
Hingga saat ini, meskipun kerjasama masih dalam proses, namun Mursiti mengatakan, sudah ada ruang yang nantinya bisa digunakan untuk kegiatan komputer ini. “Letaknya di lantai dua, di atas ruang kepala sekolah. semoga nanti bisa dimanfaatkan dengan baik,” sambungnya.
Sejauh ini, ruangan memang digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler para siswa. “Terutama untuk tari, karena tari memang butuh ruangan khusus,” terangnya.
Dijelaskan, untuk semua kegiatan ekstrakurikuler, pihak sekolah mendatangkan guru dari luar. “Kami ingin para siswa dibimbing oleh guru yang memahami betul bidang mereka masing-masing. Pembayarannya dengan menggunakan dana BOS,” terangnya.
Sementara itu, kegiatan pramuka ini, pramuka siaga dilatih oleh pelatih dari luar sekolah. “Sedangkan untuk penggalang dari guru sini, kebetulan ada juga yang aktif di bidang pramuka,” terangnya.
Dijelaskan, sejauh ini tidak ada kendala berarti terkait dengan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler ini. “Ruang sudah ada, semoga pengadaan komputer bisa berjalan dengan lancar, dan anak-anak yang ikut juga banyak. Karena kemampuan merekqa dalam hal komputer sangat diperlukan, salah satunya untuk mempersiapkan diri masuk di SMP kelak,” kata dia. (awi/nji)
12.24
“Dengan begitu kami harus mengawasi kebiasaan siswa ini, kami ingin agar siswa tidak bolos sekolah dan mengikuti kegiatan pembelajaran sebagaimana mestinya,” jelasnya.
Dikatakan, siswa yang bolos sekolah tersebut rata-rata karena tidak mendapatkan cukup pengawasan dari orangtua. “Ada yang bekerja dari pagi sampai malam, tapi ada juga siswa yang ngakunya berangkat sekolah tapi ternyata tidak sampai ke sekolah,” ungkapnya.
Bahkan, mayoritas orangtua siswa bekerja sebagai tukang cuci dan tukang batu. “Mereka sendiri juga harus memenuhi kebutuhan keluarga, seharusnya anak bisa mengerti kerja keras dari orangtua. Bukan malah sering bolos sekolah,” kata dia.
Dijelaskan, kegiatan home visit yang sering dilakukan tak jarang mengundang rasa iba dari guru. “Karena ternyata kondisi rumah siswa ini juga sangat memprihatinkan, suasana kondusif untuk belajar juga kurang. Makanya mereka jadi malas untuk belajar, dan PR juga jadi tak pernah dikerjakan,” jelasnya.
Apalagi hal tersebut dilakukan oleh siswa kelas enam yang sebentar lagi akan menghadapi Ujian Nasional (UN). “Padahal mereka harus betul-betul mempersiapkan diri dengan baik, bukan malah bermain terus,” jelasnya.
Sementara itu, diakuinya, hingga saat ini masih banyak siswa yang kesulitan untuk mengikuti mata pelajaran matematika. “Masih sulit sekali, bahkan banyak siswa yang masih banyak untuk materi perkalian,” kata dia.
Untuk itu, pihak sekolah berinisiatif untuk mengadakan tambahan jam pelajaran untuk siswa kelas enam. “Jadi kami mulai pelajaran mulai dari jam ke 0, sedangkan sesudah jam KBM efektif barulah ada tambahan lagi sampai sore,” kata dia.
Khusus untuk jam pagi, para siswa lebih banyak diajak untuk berhitung perkalian. “Kebetulan memang guru kelas enam memiliki motivasi yang sangat tinggi yaitu berharap agar para siswa ini bisa menghadapi UN dengan lancar,” jelasnya.
Dikatakan, pada tahun lalu, prestasi untuk UN, sekolah tersebut belum bisa dikatakan membanggakan. “Masih sedang-sedang saja, tapi semoga tahun ini meningkat, karena upaya kami untuk mengajak siswa agar terus semangat belajar juga tak main-main,” tandasnya. (nji)
Pantau Siswa dengan Home Visit
Siswa kelas VI SDN Sendangguwo 02 Semarang sedang mengikuti KBM |
SERING melakukan home visit merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh SDN Sendangguwo 02 untuk mendisiplinkan siswa. Hal tersebut ditegaskan Kepala Sekolah, Siti Bunayah kepada Harsem saat ditemui di ruang kerjanya, kemarin. Dijelaskan, apalagi masih ada sejumlah siswa yang sering bolos sekolah.
“Dengan begitu kami harus mengawasi kebiasaan siswa ini, kami ingin agar siswa tidak bolos sekolah dan mengikuti kegiatan pembelajaran sebagaimana mestinya,” jelasnya.
Dikatakan, siswa yang bolos sekolah tersebut rata-rata karena tidak mendapatkan cukup pengawasan dari orangtua. “Ada yang bekerja dari pagi sampai malam, tapi ada juga siswa yang ngakunya berangkat sekolah tapi ternyata tidak sampai ke sekolah,” ungkapnya.
Bahkan, mayoritas orangtua siswa bekerja sebagai tukang cuci dan tukang batu. “Mereka sendiri juga harus memenuhi kebutuhan keluarga, seharusnya anak bisa mengerti kerja keras dari orangtua. Bukan malah sering bolos sekolah,” kata dia.
Dijelaskan, kegiatan home visit yang sering dilakukan tak jarang mengundang rasa iba dari guru. “Karena ternyata kondisi rumah siswa ini juga sangat memprihatinkan, suasana kondusif untuk belajar juga kurang. Makanya mereka jadi malas untuk belajar, dan PR juga jadi tak pernah dikerjakan,” jelasnya.
Apalagi hal tersebut dilakukan oleh siswa kelas enam yang sebentar lagi akan menghadapi Ujian Nasional (UN). “Padahal mereka harus betul-betul mempersiapkan diri dengan baik, bukan malah bermain terus,” jelasnya.
Sementara itu, diakuinya, hingga saat ini masih banyak siswa yang kesulitan untuk mengikuti mata pelajaran matematika. “Masih sulit sekali, bahkan banyak siswa yang masih banyak untuk materi perkalian,” kata dia.
Untuk itu, pihak sekolah berinisiatif untuk mengadakan tambahan jam pelajaran untuk siswa kelas enam. “Jadi kami mulai pelajaran mulai dari jam ke 0, sedangkan sesudah jam KBM efektif barulah ada tambahan lagi sampai sore,” kata dia.
Khusus untuk jam pagi, para siswa lebih banyak diajak untuk berhitung perkalian. “Kebetulan memang guru kelas enam memiliki motivasi yang sangat tinggi yaitu berharap agar para siswa ini bisa menghadapi UN dengan lancar,” jelasnya.
Dikatakan, pada tahun lalu, prestasi untuk UN, sekolah tersebut belum bisa dikatakan membanggakan. “Masih sedang-sedang saja, tapi semoga tahun ini meningkat, karena upaya kami untuk mengajak siswa agar terus semangat belajar juga tak main-main,” tandasnya. (nji)
12.19
Guru Besar Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala mengatakan, intensitas aksi tindak kekerasan dengan tawuran yang dilakukan kalangan mahasiswa akhir-akhir ini terbilang meningkat.
Penyebabnya, menurut Adrianus, bisa dari banyak faktor, tetapi yang paling mendasar adalah kondisi mahasiswa yang tertekan karena mereka harus menanggung beban biaya pendidikan yang terus meroket. Beban mereka kian bertambah berat karena sistem pembelajaran yang diterapkan perguruan tinggi juga terlampau sulit.
“Kondisi sulit dalam perkuliahan semacam itu membuat solidaritas antarmahasiswa, kian tinggi. Merasa merasa senasib, sehingga ketika ada satu dari mereka yang menjadi korban dari kelompok mahasiswa lain mereka menjadi mudah tersulut untuk membela temannya tersebut dengan menyerang mahasiswa yang berada di luar kelompoknya,” jelasnya, usai mengisi kuliah umum di Fakultas Hukum (FH) Undip, Selasa (23/11).
Kondisi tersebut, ia katakan, kemudian terus berlanjut dan terjadi berulang-ulang karena pihak kampus tidak tegas memberikan sanksi kepada para mahasiswanya yang terlibat aksi tawuran.
Sementara, kekerasan di kalangan pelajar SMP-SMA, menurutnya, kebanyakan terjadi karena tradisi yang diwariskan kakak kelasnya. Aksi kekerasan di kalangan pelajar itu terus akan terjadi jika mata rantainya tidak diputus. Karena itu perlu peran alumni untuk memutus tradisi kekerasan yang membuat pelajar bertindak beringas.
“Peran alumni sangat penting menghentikan tradisi kekerasan, baik kekerasan senior terhadap yunior maupun tawuran. Mungkin ada sekolah-sekolah yang bermusuhan sejak lama, peran alumni menyelesaikannya,” tandasnya. (sna/nji)
Mahalnya Biaya Pendidikan Picu Tawuran
Adrianus Meliala |
PERILAKU banal dengan kekerasan yang melibatkan sejumlah mahasiswa di sejumlah daerah akhir-akhir ini kian memprihatinkan. Biaya pendidikan yang selangit dinilai menjadi salah satu pemicu terjadinya tindak tawuran di kalangan mahasiswa tersebut.
Guru Besar Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala mengatakan, intensitas aksi tindak kekerasan dengan tawuran yang dilakukan kalangan mahasiswa akhir-akhir ini terbilang meningkat.
Penyebabnya, menurut Adrianus, bisa dari banyak faktor, tetapi yang paling mendasar adalah kondisi mahasiswa yang tertekan karena mereka harus menanggung beban biaya pendidikan yang terus meroket. Beban mereka kian bertambah berat karena sistem pembelajaran yang diterapkan perguruan tinggi juga terlampau sulit.
“Kondisi sulit dalam perkuliahan semacam itu membuat solidaritas antarmahasiswa, kian tinggi. Merasa merasa senasib, sehingga ketika ada satu dari mereka yang menjadi korban dari kelompok mahasiswa lain mereka menjadi mudah tersulut untuk membela temannya tersebut dengan menyerang mahasiswa yang berada di luar kelompoknya,” jelasnya, usai mengisi kuliah umum di Fakultas Hukum (FH) Undip, Selasa (23/11).
Kondisi tersebut, ia katakan, kemudian terus berlanjut dan terjadi berulang-ulang karena pihak kampus tidak tegas memberikan sanksi kepada para mahasiswanya yang terlibat aksi tawuran.
Sementara, kekerasan di kalangan pelajar SMP-SMA, menurutnya, kebanyakan terjadi karena tradisi yang diwariskan kakak kelasnya. Aksi kekerasan di kalangan pelajar itu terus akan terjadi jika mata rantainya tidak diputus. Karena itu perlu peran alumni untuk memutus tradisi kekerasan yang membuat pelajar bertindak beringas.
“Peran alumni sangat penting menghentikan tradisi kekerasan, baik kekerasan senior terhadap yunior maupun tawuran. Mungkin ada sekolah-sekolah yang bermusuhan sejak lama, peran alumni menyelesaikannya,” tandasnya. (sna/nji)
Label:
Mahasiswa,
Pendidikan,
UNDIP
12.14
Stefan mengatakan bahwa dengan adanya isu tentang kejahatan internasional mengenai terorisme, trafficking, penyelundupan senjata dan obat terlarang serta pencucian uang seharusnya membuat banyak negara membuat perjanjian bilateral mengenai masalah itu.
Lebih jauh dia menjelaskan dengan tidak adanya perjanjian mengenai kejahatan internasioanal antarnegara maka akan susah sekali apabila suatu negara akan mengekstradisi orang yang akan dianggap melakukan kejahatan di suatu negara tersebut.
“Dengan adanya isu kejahatan internasional ini negara-negara Uni Eropa melakukan langkah-langkah preventif untuk mencegahnya salah satunya dengan mengadakan pertemuan informal antar menteri pertahanan dan saling bertukar informasi mengenai keadaan keamanan di masing-masing negara,” tuturnya.
Kaitannya dengan kejahatan internasioanal di negara-negara berkembang khususnya negara ASEAN, pihaknya berharap agar para pemimpin negara-negara ASEAN dapat bertemu dan menyamakan persepsi yang tujuan ahirnya membuat perjanjian hukum diantara negara ASEAN dalam memerangi kejahatan internasional.
Selain memberikan kuliah umum mengenai kejahatan internasional, Mr Stefan juga memberikan motivasi kepada para mahasiswa untuk belajar banyak bahasa asing karena bahasa adalah kunci dunia. Semakin banyak kita menguasai bahasa asing maka para mahasiswa yang ingin menjadi diplomat lebih mudah untuk mewujudkannya. (awi/nji)
Dubes Slovakia Ngajar di Undip
Mr Stefan Rozkopel saat mengisi seminar di Undip |
JALINAN kerjasama informasi kunci mencegah kejahatan internasional. Demikian ditegaskan Duta Besar Slovakia untuk Indonesia, Mr Stefan Rozkopel saat mengisi kuliah umum Hubungan Internasional di Dekanat FISIP Undip Tembalang, kemarin.
Stefan mengatakan bahwa dengan adanya isu tentang kejahatan internasional mengenai terorisme, trafficking, penyelundupan senjata dan obat terlarang serta pencucian uang seharusnya membuat banyak negara membuat perjanjian bilateral mengenai masalah itu.
Lebih jauh dia menjelaskan dengan tidak adanya perjanjian mengenai kejahatan internasioanal antarnegara maka akan susah sekali apabila suatu negara akan mengekstradisi orang yang akan dianggap melakukan kejahatan di suatu negara tersebut.
“Dengan adanya isu kejahatan internasional ini negara-negara Uni Eropa melakukan langkah-langkah preventif untuk mencegahnya salah satunya dengan mengadakan pertemuan informal antar menteri pertahanan dan saling bertukar informasi mengenai keadaan keamanan di masing-masing negara,” tuturnya.
Kaitannya dengan kejahatan internasioanal di negara-negara berkembang khususnya negara ASEAN, pihaknya berharap agar para pemimpin negara-negara ASEAN dapat bertemu dan menyamakan persepsi yang tujuan ahirnya membuat perjanjian hukum diantara negara ASEAN dalam memerangi kejahatan internasional.
Selain memberikan kuliah umum mengenai kejahatan internasional, Mr Stefan juga memberikan motivasi kepada para mahasiswa untuk belajar banyak bahasa asing karena bahasa adalah kunci dunia. Semakin banyak kita menguasai bahasa asing maka para mahasiswa yang ingin menjadi diplomat lebih mudah untuk mewujudkannya. (awi/nji)
Label:
Perguruan Tinggi,
UNDIP
12.09
SEPERTI pencairan pada triwulan sebelumnya, pencairan dana bantuan operasional sekolah (BOS) untuk triwulan IV juga mengalami keterlambatan. Akibatnya, banyak sekolah mencari dana talangan atau utang agar operasional tidak terkendala.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Kecamatan Semarang Timur, Sulardi mengungkapkan sampai menjelang akhir November ini dana BOS triwulan IV atau periode Okteber–Desember masih belum diterima pihak sekolah. Seperti periode-periode sebelumnya, kepala sekolah dibuat kelimpungan mencari dana talangan agar operasional sekolah tetap bisa berjalan.
“Mau tidak mau kenyataannya kepala sekolah memang harus begitu (mencari utangan). Kalau tidak, bisa tambah repot sendiri nanti,” ujar Sulardi, saat mengikuti peringatan HUT PGRI ke-66 di kompleks Balaikota Semarang, beberapa hari lalu.
Dirinya mengakui, jika banyak dari pihak sekolah di lingkungannya yang terus menanyakan perihal kapan turunnya dana BOS. “Meski sudah menjadi kebiasaan tidak tepat waktu, namun pihak sekolah terus pro aktif menanyakan kapan dana bantuan itu dicairkan,” imbuhnya.
Seperti diketahui untuk jenjang SD memang tidak boleh menarik pungutan dari siswa alias gratis. Sehingga sekolah-sekolah hanya mengandalkan dana BOS yang diberikan oleh pemerintah.
Senada, Kepala UPTD Semarang Tengah Taryono juga menyebutkan hal serupa, pihak sekolah di lingkungannya banyak yang menanyakan kapan dana tersebut dicairkan. Sekolah, terutama kepala sekolah berharap dana dari pemerintah itu segera turun dan dapat digunakan untuk kepentingan sekolah.
Kepala Sekolah SD-SMP Salomo I Semarang, Purnomo Hadi mengatakan, untuk penyaluran dana BOS tahun ini, dari mulai triwulan pertama hingga triwulan ke empat tidak pernah satupun tepat waktu. “Dengar-dengar sebelumnya, untuk yang triwulan empat ini akan cair paling lambat pada 19 November. Kenyataannya sampai sekarang sama sekali belum,” katanya, kemarin.
Selama ini, ia mengatakan, sekolahnya memberikan pelayanan pendidikan gratis dengan mengandalkan dana BOS. “Selain dana dari yayasan memang masih membantu, namun dengan adanya dana BOS semua operasional sekolah dapat berjalan dengan lancar karena mayoritas siswa-siswi di sekolah kami betrasal dari kalangan bawah, bukan hanya tidak mampu lagi, bisa dibilang sangat tyidak mampu. Mereka (para siswa) mau sekolah itu sudah bersyukur,” ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) saat mengunjungi Unnes pada 14 November lalu mengakui jika mekanisme penyaluran BOS yang saat ini berjalan sangat tidak efektif dan jauh dari pada harapan semua pihak. Untuk itu, pihaknya memastikan jika mekanisme penyaluran BOS pada 2012 nanti akan dirubah. BOS akan kembali disalurkan melalui provinsi seperti tahun 2010 dan sebelumnya.
“Kami akui tahun ini penyaluran BOS mengalami keterlambatan. Dan sudah terbukti bahwa penyaluran BOS melalui provinsi lebih efektif,” ujarnya.
Dengan pengalaman penyaluran melalui provinsi, Nuh menjamin penyaluran BOS nantinya akan lebih baik bagus dibandingkan penyaluran tahun ini. (nji)
BOS Telat, Sekolah Cari Utangan
![]() |
Suasana pembelajaran di sebuah SD di Kota Semarang |
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Kecamatan Semarang Timur, Sulardi mengungkapkan sampai menjelang akhir November ini dana BOS triwulan IV atau periode Okteber–Desember masih belum diterima pihak sekolah. Seperti periode-periode sebelumnya, kepala sekolah dibuat kelimpungan mencari dana talangan agar operasional sekolah tetap bisa berjalan.
“Mau tidak mau kenyataannya kepala sekolah memang harus begitu (mencari utangan). Kalau tidak, bisa tambah repot sendiri nanti,” ujar Sulardi, saat mengikuti peringatan HUT PGRI ke-66 di kompleks Balaikota Semarang, beberapa hari lalu.
Dirinya mengakui, jika banyak dari pihak sekolah di lingkungannya yang terus menanyakan perihal kapan turunnya dana BOS. “Meski sudah menjadi kebiasaan tidak tepat waktu, namun pihak sekolah terus pro aktif menanyakan kapan dana bantuan itu dicairkan,” imbuhnya.
Seperti diketahui untuk jenjang SD memang tidak boleh menarik pungutan dari siswa alias gratis. Sehingga sekolah-sekolah hanya mengandalkan dana BOS yang diberikan oleh pemerintah.
Senada, Kepala UPTD Semarang Tengah Taryono juga menyebutkan hal serupa, pihak sekolah di lingkungannya banyak yang menanyakan kapan dana tersebut dicairkan. Sekolah, terutama kepala sekolah berharap dana dari pemerintah itu segera turun dan dapat digunakan untuk kepentingan sekolah.
Kepala Sekolah SD-SMP Salomo I Semarang, Purnomo Hadi mengatakan, untuk penyaluran dana BOS tahun ini, dari mulai triwulan pertama hingga triwulan ke empat tidak pernah satupun tepat waktu. “Dengar-dengar sebelumnya, untuk yang triwulan empat ini akan cair paling lambat pada 19 November. Kenyataannya sampai sekarang sama sekali belum,” katanya, kemarin.
Selama ini, ia mengatakan, sekolahnya memberikan pelayanan pendidikan gratis dengan mengandalkan dana BOS. “Selain dana dari yayasan memang masih membantu, namun dengan adanya dana BOS semua operasional sekolah dapat berjalan dengan lancar karena mayoritas siswa-siswi di sekolah kami betrasal dari kalangan bawah, bukan hanya tidak mampu lagi, bisa dibilang sangat tyidak mampu. Mereka (para siswa) mau sekolah itu sudah bersyukur,” ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) saat mengunjungi Unnes pada 14 November lalu mengakui jika mekanisme penyaluran BOS yang saat ini berjalan sangat tidak efektif dan jauh dari pada harapan semua pihak. Untuk itu, pihaknya memastikan jika mekanisme penyaluran BOS pada 2012 nanti akan dirubah. BOS akan kembali disalurkan melalui provinsi seperti tahun 2010 dan sebelumnya.
“Kami akui tahun ini penyaluran BOS mengalami keterlambatan. Dan sudah terbukti bahwa penyaluran BOS melalui provinsi lebih efektif,” ujarnya.
Dengan pengalaman penyaluran melalui provinsi, Nuh menjamin penyaluran BOS nantinya akan lebih baik bagus dibandingkan penyaluran tahun ini. (nji)
12.04
Dijelaskan, hal tersebut karena tidak ada guru SD Muhammadiyah 03 yang berstatus PNS. “Jadi status kami honorer semua,” jelasnya.
Dikatakan, hal itu juga dijelaskannya kepada setiap guru yang akan masuk di sekolah tersebut. “Saya bilang, boleh saja gaji kecil, tapi kita pasti memperoleh pahala yang besar selama kita tulus mengajar,” kata dia.
Apalagi, kondisi tersebut ditambah dengan mayoritas orangtua siswa yang sering menunggak dalam membayar SPP bulanan. “Memang mayoritas siswa kami berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah. Itu wajar ketika banyak orangtua siswa yang kesulitan membayar,” urainya.
Padahal, pihak sekolah tidak membebani dengan bayaran mahal. “Setiap bulannya, para siswa hanya membayar RP 50 ribu saja, tapi karena ada siswa yang berasal dari keluarga miskin, maka digratiskan dari semua biaya,” terangnya.
Meski perhatian dari sekolah kepada para siswa sudah demikian besar, diakuinya, ternyata banyak orangtua yang menginginkan sekolah gratis. “Tapi kalau gratis kan kami tidak bisa melakukan operasional,” sambungnya.
Bahkan, banyak siswa yang segala kebutuhannya dicukupi oleh pihak sekolah. “Mulai dari seragam, sepatu hingga alat tulis. Kebutuhan mereka kami ambilkan dari koperasi sekolah,” jelasnya.
Untuk itu, tak jarang koperasi sekolah tidak mendapat laba sama sekali. ”Ya gimana mau dapat laba, kan kami juga harus memenuhi kebutuhan siswa yang memang membutuhkan,” tukasnya.
Namun demikian, dirinya selalu berusaha untuk memberikan pengertian kepada guru agar terus menjalankan tugas tanpa terbebani apapun. “Karena kami bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak, jadi kami tetap harus menghasilkan siswa berkualitas,” tegasnya.
Sementara itu, mengenai beasiswa, hingga kini ada sejumlah perusahaan yang memberikan bantuan kepada sekolah tersebut. “Ada beasiswa, namun karena yang menerima dana beasiswa tidak hanya dari sekolah kami, jadi dapatnya pun tidak banyak. Namun demikian tetap kami syukuri, apalagi kami juga mendapatkan bantuan dana BOS dari pemerintah,” jelasnya.
Sejumlah perusahaan yang sering membantu sekolah tersebut antara lain dari Pertamina yang pada tahun 2010 lalu membantu program pavingisasi halaman sekolah. “Sedangkan dari PLN memberikan bantuan almari untuk perpustakaan,” jelasnya.
Sementara itu, pihak sekolah juga akan segera mengajukan proposal bantuan untuk pengadaan ruang serbaguna. “Sebetulnya kami ada ruang di lantai dua yang seharusnya digunakan sebagai ruang serbaguna, namun pengerjaannya belum selesar. Dana yang dibutuhkan masih kurang, untuk itu kami berharap agar pemerintah bersedia membantu,” tandasnya.
Sedianya ruang serbaguna tersebut akan digunakan sebagai kegiatan ekstra kurikuler para siswa, di antaranya komputer, sempoa, bahasa Arab. (aris wasita widiastuti/nji)
Gaji Kecil, Pahala Besar
Gedung SD Muhammadiyah 03 Semarang |
BERPENGHASILAN kecil, namun pahala yang diperoleh besar. Demikian ditegaskan Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 03 Semarang, Ani Rahayu kepada Harsem saat ditemui di ruang kerjanya, kemarin.
Dijelaskan, hal tersebut karena tidak ada guru SD Muhammadiyah 03 yang berstatus PNS. “Jadi status kami honorer semua,” jelasnya.
Dikatakan, hal itu juga dijelaskannya kepada setiap guru yang akan masuk di sekolah tersebut. “Saya bilang, boleh saja gaji kecil, tapi kita pasti memperoleh pahala yang besar selama kita tulus mengajar,” kata dia.
Apalagi, kondisi tersebut ditambah dengan mayoritas orangtua siswa yang sering menunggak dalam membayar SPP bulanan. “Memang mayoritas siswa kami berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah. Itu wajar ketika banyak orangtua siswa yang kesulitan membayar,” urainya.
Padahal, pihak sekolah tidak membebani dengan bayaran mahal. “Setiap bulannya, para siswa hanya membayar RP 50 ribu saja, tapi karena ada siswa yang berasal dari keluarga miskin, maka digratiskan dari semua biaya,” terangnya.
Meski perhatian dari sekolah kepada para siswa sudah demikian besar, diakuinya, ternyata banyak orangtua yang menginginkan sekolah gratis. “Tapi kalau gratis kan kami tidak bisa melakukan operasional,” sambungnya.
Bahkan, banyak siswa yang segala kebutuhannya dicukupi oleh pihak sekolah. “Mulai dari seragam, sepatu hingga alat tulis. Kebutuhan mereka kami ambilkan dari koperasi sekolah,” jelasnya.
Untuk itu, tak jarang koperasi sekolah tidak mendapat laba sama sekali. ”Ya gimana mau dapat laba, kan kami juga harus memenuhi kebutuhan siswa yang memang membutuhkan,” tukasnya.
Namun demikian, dirinya selalu berusaha untuk memberikan pengertian kepada guru agar terus menjalankan tugas tanpa terbebani apapun. “Karena kami bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak, jadi kami tetap harus menghasilkan siswa berkualitas,” tegasnya.
Sementara itu, mengenai beasiswa, hingga kini ada sejumlah perusahaan yang memberikan bantuan kepada sekolah tersebut. “Ada beasiswa, namun karena yang menerima dana beasiswa tidak hanya dari sekolah kami, jadi dapatnya pun tidak banyak. Namun demikian tetap kami syukuri, apalagi kami juga mendapatkan bantuan dana BOS dari pemerintah,” jelasnya.
Sejumlah perusahaan yang sering membantu sekolah tersebut antara lain dari Pertamina yang pada tahun 2010 lalu membantu program pavingisasi halaman sekolah. “Sedangkan dari PLN memberikan bantuan almari untuk perpustakaan,” jelasnya.
Sementara itu, pihak sekolah juga akan segera mengajukan proposal bantuan untuk pengadaan ruang serbaguna. “Sebetulnya kami ada ruang di lantai dua yang seharusnya digunakan sebagai ruang serbaguna, namun pengerjaannya belum selesar. Dana yang dibutuhkan masih kurang, untuk itu kami berharap agar pemerintah bersedia membantu,” tandasnya.
Sedianya ruang serbaguna tersebut akan digunakan sebagai kegiatan ekstra kurikuler para siswa, di antaranya komputer, sempoa, bahasa Arab. (aris wasita widiastuti/nji)
11.58
Kepala SMP Negeri 2 Geyer Budiyono dalam sambutannya mengatakan dies natalis ini mengambil tema Kita rajut Prestasi dan Jati Diri Siswa. Baru kali ini dies natalis dimeriahkan pergelaran wayang kulit. “Hal ini kita lakukan sebagai bentuk membangun pendidikan karakter siswa,” jelasnya.
Sementara dalam sambutannya Kepala Dinas Pendidikan Grobogan yang diwakili Mushadi Purwanto mengaku salut terhadap siswa-siswi SMP Negeri Geyer yang bisa menabuh gamelan. Bahkan bisa mengiringi sang dalang dan pergelaran wayang kulit dalam acara tersebut.
Dalam acara ini panitia juga menyuguhkan tari penyambut tamu gambyong parianom, tari gambir anom yang menggambarkan seorang pemuda yang jatuh cinta yang ditarikan oleh alumnusnya yang masing-masing sekarang kuliah di Institut Seni Indinesia ( ISI ) Surakarta. Karena mungkin saking semangat atau kelelahan penari jatuh pingsan sehingga membuat kaget tamu undangan yang menghadiri acara tersebut. (pji/arf/nji)
Wayang Kulit di SMPN Geyer
![]() |
Alumni SMPN 2 Geyer menampilkan tari ganbyong parianom |
PERGELARAN wayang kulit warnai dies natalis ke-27 SMP Negeri 2 Geyer ke 27 Kabupaten Grobogan ( 19/11 ). Lakon yang dimainkan adalah Sang Balawa. Adapun sebagai dalang adalah Ki Paminto yang diiringi wiyaga dan waranggana siswa-siswi SMP Negeri Geyer.
Kepala SMP Negeri 2 Geyer Budiyono dalam sambutannya mengatakan dies natalis ini mengambil tema Kita rajut Prestasi dan Jati Diri Siswa. Baru kali ini dies natalis dimeriahkan pergelaran wayang kulit. “Hal ini kita lakukan sebagai bentuk membangun pendidikan karakter siswa,” jelasnya.
Sementara dalam sambutannya Kepala Dinas Pendidikan Grobogan yang diwakili Mushadi Purwanto mengaku salut terhadap siswa-siswi SMP Negeri Geyer yang bisa menabuh gamelan. Bahkan bisa mengiringi sang dalang dan pergelaran wayang kulit dalam acara tersebut.
Dalam acara ini panitia juga menyuguhkan tari penyambut tamu gambyong parianom, tari gambir anom yang menggambarkan seorang pemuda yang jatuh cinta yang ditarikan oleh alumnusnya yang masing-masing sekarang kuliah di Institut Seni Indinesia ( ISI ) Surakarta. Karena mungkin saking semangat atau kelelahan penari jatuh pingsan sehingga membuat kaget tamu undangan yang menghadiri acara tersebut. (pji/arf/nji)
Label:
Dinas Pendidikan,
SMP
11.54
“Sebetulnya ada ruangan untuk perpustakaan, namun saat ini digunakan sebagai ruang guru karena guru tidak punya ruangan,” jelasnya kepada Harsem saat ditemui di sela aktivitas mengajarnya, pekan lalu.
Dikatakan, sebelumnya, untuk mengganti keberadaan perpustakaan, pihak sekolah membuat rak buku yang dipasang di sepanjang dinding kelas. “Tinggi rak kami sesuaikan dengan siswa, agar mereka bisa mengambil sendiri,” jelasnya.
Namun pada musim penghujan 2009 lalu, sekolah di kawasan tambak tersebut terendam air. “Banyak barang-barang yang digunakan untuk KBM rusak karena terkena air, termasuk rak-rak buku tersebut,” kata dia.
Tak hanya merusakkan rak, banyak buku yang hanyut. “Semuanya rusak parah. Sampai saat ini belum ada gantinya,” terangnya.
Saat ini para siswa hanya bisa membaca sejumlah buku yang tersisa. “Letaknya juga kurang strategis, yaitu menjadi satu dengan ruangan yang digunakan guru. Kerapkali siswa mau masuk ke ruangan tersebut, mereka sungkan dengan guru,” paparnya.
Dirinya berharap tahun ini ruang perpustakaan bisa segera diadakan. “Semoga cepat ada. Kalau ada nantinya akan kami bangun di halaman sekolah yang bersebelahan dengan kelas,” jelasnya.
Dikatakan, beberapa waktu lalu, tim dari Dinas Pendidikan Provinsi Jateng datang meninjau lokasi sekolah. “Karena tahun ini prioritas anggaran dari pemerintah pusat bidang pendidikan untuk pembangunan perpustakaan. Untuk itu kami berinisiatif untuk mengajukan untuk pengadaan perpustakaan sekolah,” ungkapnya.
Karena terbatasnya jumlah kelas, hingga saat ini masih ada tiga kelas yang harus masuk siang. “Jadi harus bergantian dengan kelas lain. Selain itu ruangan untuk komputer juga belum ada,” jelasnya.
Namun demikian, dijelaskan, hingga saat ini tidak ada kendala yang berarti dalam proses KBM. “Meskipun para siswa masuk siang, namun mereka juga terlihat tetap semangat dan bisa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan optimal,” tukasnya. (nji)
SDN Sawah Besar Rindukan Perpustakaan
Para siswa membaca buku di depan ruang kelas, karena mereka belum memiliki perpustakaan |
BANJIR membawa akibat buruk bagi dunia pendidikan. Tak terkecuali bagi SDN Sawah Besar 02 Semarang. Tingginya air membuat sekolah kehilangan rak-rak yang digunakan untuk menyimpan buku bacaan. Salah satu guru SDN Sawah Besar 02, Ponco Budi Winarsih mewakili Kepala Sekolah Kusmini mengatakan, karena keterbatasan ruangan, hingga saat ini sekolah memang belum memiliki perpustakaan.
“Sebetulnya ada ruangan untuk perpustakaan, namun saat ini digunakan sebagai ruang guru karena guru tidak punya ruangan,” jelasnya kepada Harsem saat ditemui di sela aktivitas mengajarnya, pekan lalu.
Dikatakan, sebelumnya, untuk mengganti keberadaan perpustakaan, pihak sekolah membuat rak buku yang dipasang di sepanjang dinding kelas. “Tinggi rak kami sesuaikan dengan siswa, agar mereka bisa mengambil sendiri,” jelasnya.
Namun pada musim penghujan 2009 lalu, sekolah di kawasan tambak tersebut terendam air. “Banyak barang-barang yang digunakan untuk KBM rusak karena terkena air, termasuk rak-rak buku tersebut,” kata dia.
Tak hanya merusakkan rak, banyak buku yang hanyut. “Semuanya rusak parah. Sampai saat ini belum ada gantinya,” terangnya.
Saat ini para siswa hanya bisa membaca sejumlah buku yang tersisa. “Letaknya juga kurang strategis, yaitu menjadi satu dengan ruangan yang digunakan guru. Kerapkali siswa mau masuk ke ruangan tersebut, mereka sungkan dengan guru,” paparnya.
Dirinya berharap tahun ini ruang perpustakaan bisa segera diadakan. “Semoga cepat ada. Kalau ada nantinya akan kami bangun di halaman sekolah yang bersebelahan dengan kelas,” jelasnya.
Dikatakan, beberapa waktu lalu, tim dari Dinas Pendidikan Provinsi Jateng datang meninjau lokasi sekolah. “Karena tahun ini prioritas anggaran dari pemerintah pusat bidang pendidikan untuk pembangunan perpustakaan. Untuk itu kami berinisiatif untuk mengajukan untuk pengadaan perpustakaan sekolah,” ungkapnya.
Karena terbatasnya jumlah kelas, hingga saat ini masih ada tiga kelas yang harus masuk siang. “Jadi harus bergantian dengan kelas lain. Selain itu ruangan untuk komputer juga belum ada,” jelasnya.
Namun demikian, dijelaskan, hingga saat ini tidak ada kendala yang berarti dalam proses KBM. “Meskipun para siswa masuk siang, namun mereka juga terlihat tetap semangat dan bisa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan optimal,” tukasnya. (nji)
11.47
REVITALISASI Gerakan Pramuka telah memperlihatkan hasil cukup menggembirakan. Namun bersamaan dengan itu, harus pula diakui tantangan yang dihadapi kaum muda bertambah berat. Demikian ditegaskan Ketua Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Kota Semarang, Harini Krisniati baru-baru ini.
Dijelaskan, Gerakan Pramuka yang merupakan salah satu pilar pendidikan kaum muda dituntut lebih berkontribusi nyata dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk dalam menyelesaikan masalah kaum muda.
“Masih banyak peluang Gerakan Pramuka untuk ambil bagian dalam pembinaan generasi muda di antaranya dalam upaya mempertahankan, menumbuhkan, serta memacu terbentuknya generasi muda yang berkarakter bangsa,” jelasnya.
Dijelaskan, pemerintah mencanangkan adanya pendidikan karakter bangsa. “Gerakan Pramuka mempunyai peran sentral dalam ikut mengkontribusi terbentuknya generasi muda yang berbudaya dan berkarakter Indonesia,” tandas Harini.
Dengan begitu, pihaknya meyakini bahwa peranan Gerakan Pramuka sangat strategis dalam menanamkan nilai-nilai budaya bangsa yang berkarakter. “Sehingga menjamin terbentuknya watak, kepribadian dan akhlak mulia kaum muda secara mantab,” tegasnya.
Pada kesempatan tersebut, Harini menekankan program kwarcab Kota Semarang tahun 2012 mendatang harus lebih berorientasi pada pramuka peduli terhadap program pemerintah pengentasan kemiskinan di Kota Semarang.
“Walikota Semarang sangat perhatian terhadap proram pengentasan kemiskinan. Kita pramuka harus mendukung program walikota tersebut. Saya ingin kita mampu memperbaiki rumah masyarakat yang benar-benar layak kita perbaiki. Program tersebut semacam bedah rumah yang ada di tayangan televisi swasta,” urainya. (awi/nji)
Kontribusi Pramuka Harus Nyata
Harini Krisniati |
REVITALISASI Gerakan Pramuka telah memperlihatkan hasil cukup menggembirakan. Namun bersamaan dengan itu, harus pula diakui tantangan yang dihadapi kaum muda bertambah berat. Demikian ditegaskan Ketua Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Kota Semarang, Harini Krisniati baru-baru ini.
Dijelaskan, Gerakan Pramuka yang merupakan salah satu pilar pendidikan kaum muda dituntut lebih berkontribusi nyata dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk dalam menyelesaikan masalah kaum muda.
“Masih banyak peluang Gerakan Pramuka untuk ambil bagian dalam pembinaan generasi muda di antaranya dalam upaya mempertahankan, menumbuhkan, serta memacu terbentuknya generasi muda yang berkarakter bangsa,” jelasnya.
Dijelaskan, pemerintah mencanangkan adanya pendidikan karakter bangsa. “Gerakan Pramuka mempunyai peran sentral dalam ikut mengkontribusi terbentuknya generasi muda yang berbudaya dan berkarakter Indonesia,” tandas Harini.
Dengan begitu, pihaknya meyakini bahwa peranan Gerakan Pramuka sangat strategis dalam menanamkan nilai-nilai budaya bangsa yang berkarakter. “Sehingga menjamin terbentuknya watak, kepribadian dan akhlak mulia kaum muda secara mantab,” tegasnya.
Pada kesempatan tersebut, Harini menekankan program kwarcab Kota Semarang tahun 2012 mendatang harus lebih berorientasi pada pramuka peduli terhadap program pemerintah pengentasan kemiskinan di Kota Semarang.
“Walikota Semarang sangat perhatian terhadap proram pengentasan kemiskinan. Kita pramuka harus mendukung program walikota tersebut. Saya ingin kita mampu memperbaiki rumah masyarakat yang benar-benar layak kita perbaiki. Program tersebut semacam bedah rumah yang ada di tayangan televisi swasta,” urainya. (awi/nji)
11.47
Dikatakan, eskul renang sudah dimulai sejak dua tahun yang lalu. “Tapi ternyata banyak sekali siswa yang antusias mengikuti. Eskul renang diikuti siswa mulai dari kelas tiga,” jelasnya kepada Harsem saat ditemui di ruang kerjanya, kemarin.
Dijelaskan, meski sekolah terletak di Kecamatan Gunungpati yang notabene berada cukup jauh dari GOR Jatidiri, namun siswa tak pernah merasa keberatan. “Bahkan, dalam satu kelas ada sekitar 30 siswa yang mengikuti kegiatan ini,” jelasnya.
Dijelaskan, perjalanan dengan menggunakan mobil antara SDN Sukorejo 03 sampai GOR Jatidiri memakan waktu lumayan lama. “Karena sarana transportasi tidak mudah maka jadwal latihan dibagi per kelas, Pekan pertama latihan untuk siswa kelas tiga, pekan kedua kelas empat, dan seterusnya sampai kelas enam. Jadi masing-masing kelas hanya latihan sebulan sekali,” urainya.
Karena perjalanan yang cukup jauh tersebut, setiap pekan sekolah menyewa mobil yang digunakan untuk transportasi siswa. “Jadi karena kami juga sewa, biaya sewa mobil ini dibebankan kepada anak-anak. Setiap bulannya Rp 5 ribu,” urainya.
Namun demikian, sejauh ini tidak pernah ada keberatan yang ditunjukkan oleh orangtua siswa terkait iuran tersebut. “Sejauh ini orangtua selalu mendukung. Apalagi anak-anak memang terlihat senang mengikuti kegiatan ini,” kata dia.
Dijelaskan, sejauh ini, belum ada lomba yang diikuti siswa terkait kegiatan renang. “Karena memang kami masih pembibitan. Beda kalau kegiatan ini sudah lama kami adakan pasti siswa sudah siap mengikuti lomba. Kalau sekarang belum,” terangnya.
Ada ekstrakurikuler lain yaitu badminton. “Kalau badminton latihannya di balai kelurahan Sukorejo yang letaknya bersebelahan dengan sekolah. Karena dekat, bisa latihan tiga kali sehari,” tambahnya.
Untuk kegiatan badminton ini juga pihak sekolah masih melakukan pembibitan. “Jadi belum bisa diikutkan lomba,” terusnya. (awi/nji)
SDN Sukorejo 03 Semarang Ngluruk ke Kota untuk Latihan Renang
Fasilitas lapangan bulutangkis milik sekolah |
LETAKNYA yang jauh dari pusat kota tak menyurutkan semangat siswa SDN Sukorejo 03 Semarang untuk mengikuti eskul renang. Lantaran di sekitar sekolah tak ada kolam renang, siswa harus jauh-jauh ngluruk ke GOR Jatidiri. Sepekan sekali, siswa mengikuti eskul renang. Hal itu dijelaskan guru olahraga, Abdurrahman mewakili Kepala Sekolah Kasman.
Dikatakan, eskul renang sudah dimulai sejak dua tahun yang lalu. “Tapi ternyata banyak sekali siswa yang antusias mengikuti. Eskul renang diikuti siswa mulai dari kelas tiga,” jelasnya kepada Harsem saat ditemui di ruang kerjanya, kemarin.
Dijelaskan, meski sekolah terletak di Kecamatan Gunungpati yang notabene berada cukup jauh dari GOR Jatidiri, namun siswa tak pernah merasa keberatan. “Bahkan, dalam satu kelas ada sekitar 30 siswa yang mengikuti kegiatan ini,” jelasnya.
Dijelaskan, perjalanan dengan menggunakan mobil antara SDN Sukorejo 03 sampai GOR Jatidiri memakan waktu lumayan lama. “Karena sarana transportasi tidak mudah maka jadwal latihan dibagi per kelas, Pekan pertama latihan untuk siswa kelas tiga, pekan kedua kelas empat, dan seterusnya sampai kelas enam. Jadi masing-masing kelas hanya latihan sebulan sekali,” urainya.
Karena perjalanan yang cukup jauh tersebut, setiap pekan sekolah menyewa mobil yang digunakan untuk transportasi siswa. “Jadi karena kami juga sewa, biaya sewa mobil ini dibebankan kepada anak-anak. Setiap bulannya Rp 5 ribu,” urainya.
Namun demikian, sejauh ini tidak pernah ada keberatan yang ditunjukkan oleh orangtua siswa terkait iuran tersebut. “Sejauh ini orangtua selalu mendukung. Apalagi anak-anak memang terlihat senang mengikuti kegiatan ini,” kata dia.
Dijelaskan, sejauh ini, belum ada lomba yang diikuti siswa terkait kegiatan renang. “Karena memang kami masih pembibitan. Beda kalau kegiatan ini sudah lama kami adakan pasti siswa sudah siap mengikuti lomba. Kalau sekarang belum,” terangnya.
Ada ekstrakurikuler lain yaitu badminton. “Kalau badminton latihannya di balai kelurahan Sukorejo yang letaknya bersebelahan dengan sekolah. Karena dekat, bisa latihan tiga kali sehari,” tambahnya.
Untuk kegiatan badminton ini juga pihak sekolah masih melakukan pembibitan. “Jadi belum bisa diikutkan lomba,” terusnya. (awi/nji)
11.42
Kegiatan diadakan tiga hari, dari Kamis hingga Sabtu. Kegiatan merupakan kegiatan rutin yang diadakan Bagian Kesejahteraan Mahasiswa (Kesma) Undip.
Rektor Undip Prof Sudharto P Hadi mengungkapkan, career ekspo membantu alumni Undip dan masyarakat umum dalam mencari pekerjaan.
“Undip Career Ekspo merupakan acara yang mudah, efektif, efisien karena bukan hanya sebagai tempat rekrutmen tapi juga seleksi karyawan” katanya.
Dijelaskan, Undip sudah memberikan bekal pengetahuan dan pengalaman kepada mahasiswa sebelum mereka lulus. “Undip juga memberikan bekal berwirausaha dengan memberikan mata kuliah kewirausahaan. Sehingga diharapkan mereka yang tidak berminat mencari kerja akan dapat membuka usaha secara mandiri,” terangnya.
Kabag Kesejahteraan Mahasiswa (Kesma) Undip, Retno Nur Kadarwati mengatakan bahwa tujuan penyelenggaraan acara adalah mendekatkan dunia pendidikan dengan dunia usaha secara interaktif terkait kebutuhan informasi ketenagakerjaan. “Tujuan lain yaitu mempercepat masa tunggu mahasiswa yang baru lulus untuk lebih cepat untuk memperoleh pekerjaan,” terangnya.
Sementara, Kepala Seksi Pemenuhan SDM Bank Indonesia, Sigit Setyanto mengatakan keikutsertaan BI dalam job fair untuk menginformasikan lowongan PCPM ( Pendidikan Calon Pegawai Muda) di Bank Indonesia. “Selain itu adalah sebagai wujud kepedulian kami untuk lebih mendekatkan diri dengan calon pegawai kami,” ujarnya.
Sementara, Recruitment Manager PT Huawei Rista Yulianti menuturkan pihaknya berharap dengan mengikuti job fair perusahaan bisa mendapatkan lulusan terbaik bagi calon karyawan perusahaan. “Karena saat ini perusahaan kami sedang membutuhkan karyawan kurang lebih 1000 orang,” ungkapnya. (awi/nji)
Ratusan Pengunjung Padati Career Ekspo
Salah satu peserta mengisi data dalam Undip Career Expo di Pleburan |
RATUSAN pengunjung memadati bursa kerja di auditorium Universitas Diponegoro Pleburan, Kamis (17/11). Acara bertajuk Undip Carrer Expo 2011 menghadirkan sekitar 44 perusahaan dan instansi. Di antaranya Bank Indonesia, BNI, BRI, BCA, PT Kawasaki, PT Indomobil, Nissan Group, PT Unilever, PT Sinarmas, PT Mayora, PT Jaya Kontruksi, PT Huawei, dan PT Smart Tbk.
Kegiatan diadakan tiga hari, dari Kamis hingga Sabtu. Kegiatan merupakan kegiatan rutin yang diadakan Bagian Kesejahteraan Mahasiswa (Kesma) Undip.
Rektor Undip Prof Sudharto P Hadi mengungkapkan, career ekspo membantu alumni Undip dan masyarakat umum dalam mencari pekerjaan.
“Undip Career Ekspo merupakan acara yang mudah, efektif, efisien karena bukan hanya sebagai tempat rekrutmen tapi juga seleksi karyawan” katanya.
Dijelaskan, Undip sudah memberikan bekal pengetahuan dan pengalaman kepada mahasiswa sebelum mereka lulus. “Undip juga memberikan bekal berwirausaha dengan memberikan mata kuliah kewirausahaan. Sehingga diharapkan mereka yang tidak berminat mencari kerja akan dapat membuka usaha secara mandiri,” terangnya.
Kabag Kesejahteraan Mahasiswa (Kesma) Undip, Retno Nur Kadarwati mengatakan bahwa tujuan penyelenggaraan acara adalah mendekatkan dunia pendidikan dengan dunia usaha secara interaktif terkait kebutuhan informasi ketenagakerjaan. “Tujuan lain yaitu mempercepat masa tunggu mahasiswa yang baru lulus untuk lebih cepat untuk memperoleh pekerjaan,” terangnya.
Sementara, Kepala Seksi Pemenuhan SDM Bank Indonesia, Sigit Setyanto mengatakan keikutsertaan BI dalam job fair untuk menginformasikan lowongan PCPM ( Pendidikan Calon Pegawai Muda) di Bank Indonesia. “Selain itu adalah sebagai wujud kepedulian kami untuk lebih mendekatkan diri dengan calon pegawai kami,” ujarnya.
Sementara, Recruitment Manager PT Huawei Rista Yulianti menuturkan pihaknya berharap dengan mengikuti job fair perusahaan bisa mendapatkan lulusan terbaik bagi calon karyawan perusahaan. “Karena saat ini perusahaan kami sedang membutuhkan karyawan kurang lebih 1000 orang,” ungkapnya. (awi/nji)
11.34
Dikatakan, siswa sekolahnya berjumlah 577 anak. Sekitar 10% di antaranya memerlukan remidi pada dua mapel ini. “Kami terus memberikan tambahan jam pelajaran kepada siswa, terutama siswa kelas tiga yang sebentar lagi menghadapi Ujian Nasional,” kata dia.
Karena tak ingin mengganggu belajar, sekolah tak mewajibkan siswa kelas tiga mengikuti ekstrakurikuler. “Ada siswa kelas tiga yang ikut eskul, tapi itu atas kemauan sendiri. Sifatnya tidak wajib. Selama bisa mengatur waktu dengan baik, ya silahkan,” paparnya.
Apalagi SMP Muhammadiyah 03 sudah ditunjuk Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Semarang untuk merintis sekolah standar nasional (SSN). “Saat ini kami terus melakukan pembenahan. Sebetulnya tidak hanya kami yang ditunjuk, tapi juga SMP Muhammadiyah 01 Semarang,” jelasnya.
Dijelaskan, dalam tiga tahun terakhir ini, mutu sekolah terus ditingkatkan. “Di kalangan sesama SMP Muhammadiyah di Kota Semarang, kami selalu masuk peringkat tiga besar,” terangnya.
Dijelaskan, jumlah siswa sudah memenuhi kuota sesuai aturan Majelis Muhammadiyah Pusat (MPP). “Satu kelas minimal 32 kelas, tapi di tempat kami setiap kelas diisi rata-rata 40 siswa,” terangnya.
Dikatakan, hingga saat ini, SMP Muhammadiyah 03 merupakan salah satu SMP favorit yang diminati calon siswa. “Mungkin karena letak sekolah yang strategis dan mudah dijangkau dari berbagai jurusan,” terangnya. (awi/nji)
Perkuat Matematika dan IPA
Suparjo |
MATA pelajaran matematika dan IPA merupakan salah satu momok bagi banyak siswa. Tak terkecuali siswa SMP Muhammadiyah 03 Semarang. Kepala Sekolah, Suparjo mengatakan untuk dua mata pelajaran (mapel) ini siswa masih harus mendapat bimbingan intensif. “Pada ujian tengah semester (UTS) kemarin, nilai dua mapel ini masih rendah,” jelasnya kepada Harsem saat ditemui di ruang kerjanya, pekan lalu.
Dikatakan, siswa sekolahnya berjumlah 577 anak. Sekitar 10% di antaranya memerlukan remidi pada dua mapel ini. “Kami terus memberikan tambahan jam pelajaran kepada siswa, terutama siswa kelas tiga yang sebentar lagi menghadapi Ujian Nasional,” kata dia.
Karena tak ingin mengganggu belajar, sekolah tak mewajibkan siswa kelas tiga mengikuti ekstrakurikuler. “Ada siswa kelas tiga yang ikut eskul, tapi itu atas kemauan sendiri. Sifatnya tidak wajib. Selama bisa mengatur waktu dengan baik, ya silahkan,” paparnya.
Apalagi SMP Muhammadiyah 03 sudah ditunjuk Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Semarang untuk merintis sekolah standar nasional (SSN). “Saat ini kami terus melakukan pembenahan. Sebetulnya tidak hanya kami yang ditunjuk, tapi juga SMP Muhammadiyah 01 Semarang,” jelasnya.
Dijelaskan, dalam tiga tahun terakhir ini, mutu sekolah terus ditingkatkan. “Di kalangan sesama SMP Muhammadiyah di Kota Semarang, kami selalu masuk peringkat tiga besar,” terangnya.
Dijelaskan, jumlah siswa sudah memenuhi kuota sesuai aturan Majelis Muhammadiyah Pusat (MPP). “Satu kelas minimal 32 kelas, tapi di tempat kami setiap kelas diisi rata-rata 40 siswa,” terangnya.
Dikatakan, hingga saat ini, SMP Muhammadiyah 03 merupakan salah satu SMP favorit yang diminati calon siswa. “Mungkin karena letak sekolah yang strategis dan mudah dijangkau dari berbagai jurusan,” terangnya. (awi/nji)
Label:
Dinas Pendidikan,
SMP
11.34
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemdikbud Prof Dr Khairil Anwar Notodiputro MS mengatakan, daerah-daerah terpencil dan perbatasan memang dijadikan prioritas perhatian dalam pengembangan pendidikan nasional. Kenapa harus menjadi prioritas?. Menurut dia, pengembangan pendidikan di daerah terpencil penting untuk mencapai pemerataan kesempatan dan akses masyarakat.
Mereka yang tinggal di pelosok dan daerah terpencil, ungkap Prof Khairil, tetap harus mendapatkan kesempatan pendidikan yang sama dengan yang tinggal di kota. Pemerataan akses dan kesempatan pendidikan sama pentingnya dengan peningkatan kualitas. “Kami berupaya agar tidak ada kesenjangan akses layanan pendidikan bagi masyarakat perkotaan dengan yang tinggal di perdesaan serta daerah-daerah terpencil,” tegasnya.
Selain meningkatkan layanan pendidikan daerah terpencil, Kemendikbud mulai September 2011 juga meningkatkan pengembangan pendidikan di semua wilayah perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan negara-negara tetangga. Bahkan, pada awal September 2011, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Panglima TNI untuk mengembangkan pendidikan di wilayah perbatasan Indonesia dengan negara-negara tetangga.
Selain mengembangkan pendidikan wilayah perbatasan, Mendikbud juga ingin memperluas basis pendidikan di daerah-daerah konflik. Begitu juga dengan daerah-daerah rawan bencana, baik tsunami, gempa bumi, longsor, maupun letusan gunung berapi. Kesemua wilayah itu akan menjadi fokus perhatian Kemendikbud dalam pengembangan pendidikan berkualitas.
“Pengembangan pendidikan di daerah terpencil, perbatasan, konflik, maupun rawan bencana dilakukan dengan merehabilitasi bangunan yang rusak, membangun gedung baru, serta menyiapkan semua sarana maupun sumber daya manusia yang dibutuhkan,” tegas Prof Khairil Anwar Notodiputro.
Sejumlah metode pendidikan daerah perbatasan pun sedang digodok Kemendikbud. Salah satunya adalah dengan melakukan pengelompokan di satu titik. Mendikbud Mohammad Nuh mengatakan, permasalahan pendidikan di perbatasan memang cukup beragam. Kadang, ujarnya, di satu wilayah terdapat guru yang berkualitas, namun tidak memiliki satu murid pun. Atau sebaliknya, banyak murid yang tertarik melanjutkan pendidikan, namun tidak tersedia sumber daya guru yang memadai. Selain itu masih adanya persoalan keterbatasan sarana dan prasarana.
Dengan banyaknya persoalan di wilayah perbatasan ini, menurut Mendikbud, pemerintah akan merancang pola pendidikan asrama. Di mana di dalamnya pemerintah menyiapkan sekolah, asrama, membiayai biaya hidup, dan biaya operasional sekolahnya, sekaligus menyiapkan gurunya. “Tahap pertama akan dilakukan di Papua,” ujar Nuh.
Meski demikian, ungkap Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika ini, program ini sudah disiapkan untuk dikembangkan di seluruh perbatasan NKRI. Selain itu, kata Nuh, Kemendikbud mulai mengintervensi pendidikan di Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan metode khusus, karena daerah ini jauh tertinggal dari daerah lain. “Di Papua, sumber dayanya ada karena adanya dana otonomi khusus. Tapi, di NTT tidak ada,” ujarnya. Paket kebijakan khusus ini, jelasnya, disusun agar daerah cepat keluar dari mata rantai ketertinggalan.
Mantan Rektor ITS ini pun menegaskan, Kemendikbud akan mem-breakdown kebutuhan pendidikan di perbatasan. Paling tidak, Pemerintah Australia sudah memberikan komitmen bantuan dan sebesar Rp4,4 triliun untuk pengembangan pendidikan di wilayah perbatasan dan terpencil. “Dana tersebut untuk 5 tahun dengan sasaran bukan sekadar provinsi, tapi sampai pada titik daerahnya. Ini harus kami pegang langsung. Pembangunanya akan secara paralel, mulai menambah guru dan infrastukturnya,” tegasnya.
Program ini pun langsung mendapat “restu” dan dukungan sejumlah kalangan. Bahkan, anggota komisi X DPR, Alamudin Dimyati Rois (Gus Alam) secara tegas menyatakan mendukung percepatan pembangunan sarana pendidikan di kawasan perbatasan dan daerah daerah tertinggal lainnya. “Ini harus jadi fokus. Agar ketertinggalan pendidikan bisa diselesaikan secara cepat,” tegas Gus Alam.
Tidak hanya kalangan DPR saja, dukungan juga diberikan dari kalangan militer. Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono pun akan memerintahkan para perwiranya untuk menjadi guru di daerah perbatasan. Para perwira TNI ini akan menjalani pelatihan guru pada saat masa pra tugas sebelum ditempatkan di wilayah perbatasan. Pelatihan ini, jelas Panglima TNI, langsung di bawah kewenangan Kemendikbud.
Selain pelatihan guru, para perwira TNI juga akan ditambah dengan pendidikan psikologi dan metode mengajar. Mengenai jumlah petugasnya, Agus menyatakan, jumlahnya akan mencukupi karena petugas yang menjaga perbatasan itu selalu bergantian. Berdasarkan data, ada 9.000 prajurit TNI bertugas di seluruh wilayah perbatasan Indonesia.
“Jadi, yang sedang tidak jaga akan dilatih menjadi guru diperbatasan seperti Papua, Kalimantan, dan Timor Leste. Kalau di Papua ada 1.500 petugas yang berjaga,” tegas Panglima TNI.
Agus juga menyatakan, kerja sama dengan Kemendikbud tidak berhenti di sini saja, melainkan selama lima tahun ke depan, kedua belah pihak akan terus mengagendakan program di bidang pendidikan anak usia dini, nonformal dan informal, pembinaan pendidikan dasar, menengah dan tinggi, pendidikan layanan khusus, dan juga penelitian.
Mendikbud Mohammad Nuh menjelaskan, mengapa perlu bekerja sama dengan TNI. Sebab, TNI ada diseluruh pelosok wilayah Indonesia, terlebih lagi di perbatasan. Sementara layanan pendidikan itu pun harus merambah wilayah perbatasan akan tetapi masalahnya tenaga pengajar yang dibutuhkan masih terbatas. “Yang paling tahan banting bertugas di perbatasan itu ya TNI ini. Oleh karena itu, kami sepakat untuk memadukan kerja sama mulai dari pendidikan anak usia dini hingga kebahasaan,” terangnya.
Nuh menambahkan, para TNI yang akan mengajar bahasa di perbatasan akan menjadi penting, karena diperkirakan banyak warga Indonesia di perbatasan mengkonversi pemakaian bahasa Indonesia dengan bahasa negara tetangganya.
Kerja sama lain dengan TNI, ungkap Mendikbud, adalah di lingkup pendidikan dasar, yakni memperbaiki sekolah rusak dan mengembangkan kapasitas sekolah binaan TNI. Selain itu, juga ada kerja sama di ranah pendidikan tinggi, yakni penelitian sains dan teknologi pertahanan. Sedangkan kerja sama dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud akan mencakup kegiatan pemasyarakatan bahasa, penelitian kebahasaan di wilayah perbatasan, dan penamaan pulau-pulau terluar di wilayah negara Indonesia.
Mendikbud juga mengungkapkan, aparat TNI juga akan membantu Kemendikbud untuk mendistribusikan bahan Ujian Nasional (UN) untuk wilayah perbatasan, pulau terdepan, daerah terpencil, daerah konflik, dan pasca konflik, serta daerah korban bencana. ”Mereka juga akan membantu mengembangkan enkulturasi empat pilar kebangsaan melalui penelitian, pengembangan, dan kurikulum,” lugasnya. (*)
Menjangkau Pendidikan Menengah di Perbatasan
![]() |
Wilayah perbatasan identik dengan daerah pinggiran yang tentunya serba terbatas |
Sebab, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memiliki segudang program cemerlang yang dikhususkan bagi pengembangan pendidikan menengah di wilayah perbatasan. Bahkan, saking pentingnya peranan pendidikan di wilayah perbatasan, Kemendikbud pun menempatkan wilayah serba terbatas ini menjadi salah satu fokus perhatian pengembangan pendidikan.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemdikbud Prof Dr Khairil Anwar Notodiputro MS mengatakan, daerah-daerah terpencil dan perbatasan memang dijadikan prioritas perhatian dalam pengembangan pendidikan nasional. Kenapa harus menjadi prioritas?. Menurut dia, pengembangan pendidikan di daerah terpencil penting untuk mencapai pemerataan kesempatan dan akses masyarakat.
Mereka yang tinggal di pelosok dan daerah terpencil, ungkap Prof Khairil, tetap harus mendapatkan kesempatan pendidikan yang sama dengan yang tinggal di kota. Pemerataan akses dan kesempatan pendidikan sama pentingnya dengan peningkatan kualitas. “Kami berupaya agar tidak ada kesenjangan akses layanan pendidikan bagi masyarakat perkotaan dengan yang tinggal di perdesaan serta daerah-daerah terpencil,” tegasnya.
Selain meningkatkan layanan pendidikan daerah terpencil, Kemendikbud mulai September 2011 juga meningkatkan pengembangan pendidikan di semua wilayah perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan negara-negara tetangga. Bahkan, pada awal September 2011, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Panglima TNI untuk mengembangkan pendidikan di wilayah perbatasan Indonesia dengan negara-negara tetangga.
Selain mengembangkan pendidikan wilayah perbatasan, Mendikbud juga ingin memperluas basis pendidikan di daerah-daerah konflik. Begitu juga dengan daerah-daerah rawan bencana, baik tsunami, gempa bumi, longsor, maupun letusan gunung berapi. Kesemua wilayah itu akan menjadi fokus perhatian Kemendikbud dalam pengembangan pendidikan berkualitas.
“Pengembangan pendidikan di daerah terpencil, perbatasan, konflik, maupun rawan bencana dilakukan dengan merehabilitasi bangunan yang rusak, membangun gedung baru, serta menyiapkan semua sarana maupun sumber daya manusia yang dibutuhkan,” tegas Prof Khairil Anwar Notodiputro.
Sejumlah metode pendidikan daerah perbatasan pun sedang digodok Kemendikbud. Salah satunya adalah dengan melakukan pengelompokan di satu titik. Mendikbud Mohammad Nuh mengatakan, permasalahan pendidikan di perbatasan memang cukup beragam. Kadang, ujarnya, di satu wilayah terdapat guru yang berkualitas, namun tidak memiliki satu murid pun. Atau sebaliknya, banyak murid yang tertarik melanjutkan pendidikan, namun tidak tersedia sumber daya guru yang memadai. Selain itu masih adanya persoalan keterbatasan sarana dan prasarana.
Dengan banyaknya persoalan di wilayah perbatasan ini, menurut Mendikbud, pemerintah akan merancang pola pendidikan asrama. Di mana di dalamnya pemerintah menyiapkan sekolah, asrama, membiayai biaya hidup, dan biaya operasional sekolahnya, sekaligus menyiapkan gurunya. “Tahap pertama akan dilakukan di Papua,” ujar Nuh.
Meski demikian, ungkap Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika ini, program ini sudah disiapkan untuk dikembangkan di seluruh perbatasan NKRI. Selain itu, kata Nuh, Kemendikbud mulai mengintervensi pendidikan di Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan metode khusus, karena daerah ini jauh tertinggal dari daerah lain. “Di Papua, sumber dayanya ada karena adanya dana otonomi khusus. Tapi, di NTT tidak ada,” ujarnya. Paket kebijakan khusus ini, jelasnya, disusun agar daerah cepat keluar dari mata rantai ketertinggalan.
Mantan Rektor ITS ini pun menegaskan, Kemendikbud akan mem-breakdown kebutuhan pendidikan di perbatasan. Paling tidak, Pemerintah Australia sudah memberikan komitmen bantuan dan sebesar Rp4,4 triliun untuk pengembangan pendidikan di wilayah perbatasan dan terpencil. “Dana tersebut untuk 5 tahun dengan sasaran bukan sekadar provinsi, tapi sampai pada titik daerahnya. Ini harus kami pegang langsung. Pembangunanya akan secara paralel, mulai menambah guru dan infrastukturnya,” tegasnya.
Program ini pun langsung mendapat “restu” dan dukungan sejumlah kalangan. Bahkan, anggota komisi X DPR, Alamudin Dimyati Rois (Gus Alam) secara tegas menyatakan mendukung percepatan pembangunan sarana pendidikan di kawasan perbatasan dan daerah daerah tertinggal lainnya. “Ini harus jadi fokus. Agar ketertinggalan pendidikan bisa diselesaikan secara cepat,” tegas Gus Alam.
Tidak hanya kalangan DPR saja, dukungan juga diberikan dari kalangan militer. Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono pun akan memerintahkan para perwiranya untuk menjadi guru di daerah perbatasan. Para perwira TNI ini akan menjalani pelatihan guru pada saat masa pra tugas sebelum ditempatkan di wilayah perbatasan. Pelatihan ini, jelas Panglima TNI, langsung di bawah kewenangan Kemendikbud.
Selain pelatihan guru, para perwira TNI juga akan ditambah dengan pendidikan psikologi dan metode mengajar. Mengenai jumlah petugasnya, Agus menyatakan, jumlahnya akan mencukupi karena petugas yang menjaga perbatasan itu selalu bergantian. Berdasarkan data, ada 9.000 prajurit TNI bertugas di seluruh wilayah perbatasan Indonesia.
“Jadi, yang sedang tidak jaga akan dilatih menjadi guru diperbatasan seperti Papua, Kalimantan, dan Timor Leste. Kalau di Papua ada 1.500 petugas yang berjaga,” tegas Panglima TNI.
Agus juga menyatakan, kerja sama dengan Kemendikbud tidak berhenti di sini saja, melainkan selama lima tahun ke depan, kedua belah pihak akan terus mengagendakan program di bidang pendidikan anak usia dini, nonformal dan informal, pembinaan pendidikan dasar, menengah dan tinggi, pendidikan layanan khusus, dan juga penelitian.
Mendikbud Mohammad Nuh menjelaskan, mengapa perlu bekerja sama dengan TNI. Sebab, TNI ada diseluruh pelosok wilayah Indonesia, terlebih lagi di perbatasan. Sementara layanan pendidikan itu pun harus merambah wilayah perbatasan akan tetapi masalahnya tenaga pengajar yang dibutuhkan masih terbatas. “Yang paling tahan banting bertugas di perbatasan itu ya TNI ini. Oleh karena itu, kami sepakat untuk memadukan kerja sama mulai dari pendidikan anak usia dini hingga kebahasaan,” terangnya.
Nuh menambahkan, para TNI yang akan mengajar bahasa di perbatasan akan menjadi penting, karena diperkirakan banyak warga Indonesia di perbatasan mengkonversi pemakaian bahasa Indonesia dengan bahasa negara tetangganya.
Kerja sama lain dengan TNI, ungkap Mendikbud, adalah di lingkup pendidikan dasar, yakni memperbaiki sekolah rusak dan mengembangkan kapasitas sekolah binaan TNI. Selain itu, juga ada kerja sama di ranah pendidikan tinggi, yakni penelitian sains dan teknologi pertahanan. Sedangkan kerja sama dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud akan mencakup kegiatan pemasyarakatan bahasa, penelitian kebahasaan di wilayah perbatasan, dan penamaan pulau-pulau terluar di wilayah negara Indonesia.
Mendikbud juga mengungkapkan, aparat TNI juga akan membantu Kemendikbud untuk mendistribusikan bahan Ujian Nasional (UN) untuk wilayah perbatasan, pulau terdepan, daerah terpencil, daerah konflik, dan pasca konflik, serta daerah korban bencana. ”Mereka juga akan membantu mengembangkan enkulturasi empat pilar kebangsaan melalui penelitian, pengembangan, dan kurikulum,” lugasnya. (*)
Label:
Dinas Pendidikan,
Guru,
Pendidikan,
Perguruan Tinggi,
SMA